Mohon tunggu...
Hero Fitrianto
Hero Fitrianto Mohon Tunggu... -

orang biasa. bergiat dengan aktifitas alam bebas bersama saudara-saudara di Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin (KORPALA Unhas). lulus sekolah di jurusan Geology Fakultas Teknik Unhas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan Kambing Hitam

26 Agustus 2013   12:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mari meluncur di jalan raya negeri ini, tetapi dengan komitmen yang berbeda, untuk sehari saja taat seratus persen pada semua rambu dan tata krama berlalu lintas. Maka saya jamin, kita akan segera mendapati pengalaman yang luar biasa, menjadi satu-satunya yang aneh di tengah hiruk pikuk lalu lintas. Nah, cobalah tetap fokus, kuatkan hati menikmati keanehan tersebut.

Rasa aneh yang sama akan terasa bila kita melangsungkan pergaulan sosial yang tidak disertai nepotisme, tanpa kolusi dan pemakluman praktek korupsi. Sekonyong-konyong semua mata memandang aneh, menyisakan sinis bahwa mungkin kita salah memilih planet untuk bernaung. Dan ups, iya.. ini memang satu tantangan kecil namun memerlukan nyali besar, juga tentu perenungan iman yang dalam.

Tetapi tunggu dulu, pastinya di dalam benak akan segera bereaksi ketika saya menyinggung tentang perenungan iman yang dalam. Begini.

Bila ada kecelakaan yang menimpa, entah dia itu yang begitu ugal-ugalan melanggar semua rambu lalu lintas, maka di ujung tragedi itu akan ada kalimat, 'bersabarlah, ini cobaan dari Tuhan. ada hikmah di balik kejadian itu'. Nah, kalimat yang sama akan kita jumpai juga, bila tragedi itu menimpa mereka yang dengan tulus selalu sopan dan mematuhi semua rambu lalu lintas.

Sekarang, mari coba membiaskan ke kondisi tragedi lalu lintas itu ke dalam tragedi sosial kita. Banyak orang yang (dalam teori agama tertentu) sedang mendapat yang manamya 'cobaan - ujian - amanah' bila mendapatkan kelimpahan harta, kelimpahan jabatan bahkan kelimpahan wanita. Basa basi kepura-puraan beriman itu juga akan kita jumpai di kalangan mereka yang hidupnya menderita, kekurangan harta, menjadi jelata yang tertindas yang bahkan untuk menikah secara legal pun tidak sanggup karena ketidakmampuan finansil.

Sekelompok lain adalah para ahli surga, yang mendapatkan mandat dari langit untuk memporakporandakan kerukunan sosial. Yang tergusur harus segera sadar dan insaf, sekaligus bersabar oleh keterlanjuran anarkisme yang terjadi. Yang menggusur harus lebih konsisten, meregangkan otot untuk disiapkan pada penggusuran selanjutnya.

Tidak ada yang pernah 'mau' menelisik apakah kelompok pertama itu mendapatkan kelimpahannya dengan cara mengorbankan golongan yang kedua, lalu golongan kedua itu berlarut-larut di dalam kehinaannya karena perilaku kelompok pertama. Kita semua hanya harus selalu bersabar, dengan hikmah yang nanti akan menyertai. Begitu kata kitab-kitab suci. Itu semua cobaan yang diberikan Tuhan, yang akan memurnikan iman kita, untuk tetap tagak di dalam jalan Nya. Kita sedang diuji demi kebaikan kita, demi kemuliaan kita, dan demi-demi lainnya yang cukup panjang barisnya.

Dia, Tuhan itu, adalah kambing hitam untuk semua perilaku yang kita ciptakan sendiri. Kambing hitam itu adalah pembenar untuk semua kondisi kita, untuk semua kesialan yang menimpa kita, sekaligus untuk semua kesewenang-wenangan kita, untuk semua fitnah yang kita ciptakan maupun yang menimpa kita. Lalu kita cukup berpasrah diri dalam kesabaran yang tabah, menanti ajal dengan iming-iming sungai yang berair susu yang di sepanjang tepinya disesaki bidadari-bidadari telanjang yang disiapkan untuk pelampiasan nafsu yang telah dikendalikan sedemikian hebatnya selama di dunia ini.

Tuhan itu, di hari-hari belakang ini, adalah kambing hitam untuk setiap ketidak pedulian akan apa yang kita dapatkan sekaligus ketidak pedulian kita pada sesama. Kambing hitam untuk setiap pembenaran yang kita ciptakan. di atas kepura-puraan iman.

also posted on my blog

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun