Pandangan Amin Rais yang mengatakan "predikat terbaik walikota menyesatkan" perlu dipertanyakan malah justru pandangan Amin Rais tersebut yang sangat menyesatkan masyarakat dengan mencari-cari kesalahan yang sudah menjadi masalah Nasional dengan melihat angka kemiskinan di Solo makin bertambah dengan membanding-bandingkan dengan daerah di Eroupa yang kotanya tertata rapi, namun disisi lain memuji orang solo bisa jadi pemimpin, dan seharusnya Amin Rais bangga terhadap anak bangsa yang dihargai menjadi walikota predikat terbaik di Dunia, bukan melakukan konspirasi politik yang tidak beralasan, itu namanya ngawur;
(Lihat)
Pandangan tersebut jelas sama juga merendahkan martabat bangsa Indonesia dimana Amin Rais sebagai salah satu pemimpin yang mencanangkan reformasi seharusnya bertanggung jawab atas kemiskinan yang telah terjadi di Indonesia, karena sudah jelas masalah kemiskinan adalah merupakan masalah nasional akibat ulah pemimpin-pemimpinnya yang korup,  tapi lain halnya dengan Jokowi,  untuk menghambat orang tidak mankin miskin Jokowi mempunyai konsep atau cara pemimpin yang merakyat, yaitu sebagai contoh dengan menolak pembangunan Mall, dimana otomatis cara tersebut dapat mengurangi pola konsumtif sehingga masyarakat bisa menabung, mengurangi monopoli yang menyebabkan harga bisa seenaknya melambung dan lainnya, sedangkan pengusaha yang tadinya tidak jadi membangun mall bisa digeser modal atau uangnya untuk pembangunan lain yang lebih produktif, dan itulah yang harus dilihat karena akan timbul lapangan kerja baru sehingga otomatis masyarakat dapat  hidup dengan tersenyum dan damai;
Sedangkan mall yang tidak jadi di bangun dikembalikan fungsinya sebagai situs sejarah agar masyarakat tahu akan jati dirinya dan kota pun tertata dengan rapi, sehingga tidak seperti yang terjadi di Jakarta, sekolah, lapangan olah raga menjadi Mall, situs-situs tempat masyarakat untuk berinspirasi dihambat menjadi perumahan mewah seperti tempat memancing rakyat di daerah kapuk muara, super market tumbuh bagaikan jamur sehingga perdagangan dikuasai kelompok tertentu yang dapat merugikan pedagang tradisional, sehingga semuanya merusak tatanan kehidupan yang dapat menyebabkan ketimpangan pembangunan dimana masyarkat mayoritas dapat menjadi miskin karena berpola pikir konsumtif, terjerat dengan biaya hidup mahal dengan pendapatan rendah, tidak kreatif membangun, koruptif dan akhirnya dapat menyebabkan bangsa ini menjadi tidak ber Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H