Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Vatikan, Terbuka untuk Semua Orang

13 Agustus 2015   09:41 Diperbarui: 13 Agustus 2015   10:06 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lapangan Santo Petrus di Vatikan. Gambar diambil pada 8 Maret 2013. (AFP PHOTO/ Filippo MONTEFORTE)

[/caption]Seorang teman yang ayahnya berasal dari Bali dan ibunya berasal dari Solo yang kebetulan suka traveling menceritakan pengalamannya di Roma dan kekagumannya. Salah satu yang baginya menarik adalah, "Ternyata Vatikan itu sangat-sangat welcome terhadap mereka yang bukan Nasrani. Ini berbeda dengan dua kota suci di agama saya yang benar-benar terlarang untuk yang berlainan agama...."

Saat itu saya sedang mau mampir ke Roma dan khususnya Vatikan. Kebetulan bertemu dengan teman saya yang hobi traveling tersebut dan pernah mengunjungi Vatikan. "Sangat bagus," katanya. Lalu dia melanjutkan, "Kota ini dan juga gerejanya sangat terbuka...."

Banyak objek menarik bagi para peziarah dan traveler

Benar saja, ketika akhirnya saya berkunjung ke jantung kekristenan ini, ada berbagai orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda-beda. Agama tentu tidak terlalu kelihatan dari surat jalannya. Justru terlihat dari penampilannya. Tentang hal ini, teman saya yang kebetulan belajar di Eropa ini bercerita ketika ditertawakan oleh temannya dari Turki tentang KTP yang mencantumkan kolom agama. "Untuk apa?" tanya mereka. Teman saya menjawab, "Ga tahu... saya juga bingung." Penampilan agama di Turki dan Itali memang masih memungkinkan. Tidak ada larangan misalnya tampil sebagai rabbi Yahudi, Islam, maupun biarawan dan biarawati.

[caption caption="Menikmati kemegahan basilika"]

[/caption]

Yang penting berkunjung ke jantung kekristenan ini adalah bahwa Anda tidak menjadi ancaman keselamatan orang lain maupun berpotensi merusak aset yang berharga di dalamnya. Di katedral St. Petrus misalnya tetap ada pemeriksaan keamanan layaknya di bandara-bandara. Ada setidaknya dua pemeriksaan, yang pertama untuk pemeriksaan keamanan dan yang kedua memasuki museum diperiksa kelayakan alias kesopanannya. Jadi, baik lelaki maupun wanita dilarang memakai pakaian yang tidak sopan seperti pakai you can see maupun rok mini. Hihihi... udah telanjur masuk lalu ada-ada saja mereka menyiasati hal ini. Ada yang pakai rok pendek lantas menambahkan kain syal di bawah agar tampak seperti rok. Ada juga yang pakai you can see lalu mengenakan jaket tebal padahal panas terik.

[caption caption="Filter keamanan memasuki basilika sant pietro"]

[/caption]

Karena yang datang ke sini bukan hanya orang-orang Katolik, jadi sangat maklum kalau di tempat ini kemudian ada berbagai kegiatan di sini. Tempat ini sekaligus sebagai tempat ziarah dan juga tempat rekreasi. Bagi para akademisi, tempat ini juga menarik untuk dikaji. Saya melihat banyak orang yang sangat religius bahkan berdoa di setiap kapel dalam katedral. Ada juga yang sekedar berfoto-foto. Kebetulan juga saya bertemu dengan orang Indonesia dan hanya sempat mengobrol sebentar dengan mereka. Semacam pengobat dahaga setelah sekian lama ga berbicara bahasa Indonesia.

[caption caption="Peta dan peraturan memasuki basilika"]

[/caption]

Di dalam saya melihat ada beberapa orang berjilbab dengan penampilan khas Asia sehingga saya merasa menemukan sekeping Jakarta di sana. Hahaha... maklum di Eropa saya jarang melihat orang berjilbab juga. Di luar, dalam perjalanan saya melihat dua orang Bhiksu yang mau masuk Vatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun