Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pria Senang Membuat Lelucon, Wanita Senang Mendengarkan Lelucon

7 Desember 2014   23:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:50 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria lebih senang membuat lelucon, wanita lebih senang mendengarkan lelucon. Jadi tolong tertawalah betatapun guyonan yang dibuat itu terasa garing.

Mungkin anda protes, buktinya banyak komedian-komedian wanita. Ya, kalau dikatakan banyak sih ga banyak juga. Ya, kita lihat misalnya peserta stand up komedinya KOMPAS TV kebanyakan juga laki-laki. Kalaupun ada ceweknya kan ga lucu-lucu amat. Hahaha... rasis nih, rasis. Ga, ga rasis. Orang saya kalau nonton komedian wanita yang ikut lomba lalu berusaha membuat lelucon dan tidak berhasil itu rasanya kasihan sekali. Hehehe... bukan hanya cewek sih, ke cowok-cowok yang kehabisan materi juga kasihan. Tapi lebih kasihan kalau komedian cewek apalagi kalau dia cantik.

Bagaimana dengan dunia lawak? Ini sebenarnya lebih menyedihkan lagi. Dunia lawak cenderung menampilkan guyonan-guyonan kasar dan wanita hanyalah menjadi objek guyonan. Umumnya karena fisiknya. Coba deh perhatikan nama-nama seperti Yati pesek, Egi Sugigi, maupun si Omas yang menonjolkan kegigiannya juga. Lebih parah lagi, banyak kan pelawak seperti Tessy dan Aziz Gagap yang hobby berdandan a la perempuan. Anehnya, para perempuan juga ketawa ajah melihat penampilan semacam itu. Coba bayangkan kalau seorang wanita berdandan ala laki-laki, sama sekali ga ada lucu-lucunya. Mungkin ini memang sebentuk bias gender yang dianggap biasa dan diakui. Padahal di balik itu sebenarnya ada konsep dominasi laki-laki seakan-akan tubuh wanita hanya dijadikan objek. Salah satunya ya objek lelucon ini, di samping objek-objek yang lain.

Mungkin ga ada hubungannya dengan cerita di atas. Tapi memang umumnya lelaki memang senang membuat lelucon. Meskipun seorang dosen saya lelaki ada yang mengungkapkan, "bagi saya membuat disertasi itu jauh lebih mudah daripada harus membuat lelucon..." tapi ungkapan polos tersebut malah justru menjadi lelucon yang hidup dan segar. Memang kita tidak bisa menuntut semua lelaki itu lucu. Tapi ini umumny. Mungkin dalam ukuran wanita, mereka juga punya dunia humor tersendiri, tapi kebanyakan tak terlalu suka untuk membuat humor. Humor yang mungkin antar wanita bisa sangat lucu, ketika disampaikan kepada para cowok menjadi tidak lucu. Berbeda dengan lelaki, dia bisa tiba-tiba saja membuat humor.

Coba anda bandingkan, lebih banyak mana guru atau teman anda yang cowok apa yang cewek yang dikenal pintar 'banyol'! biasanya sih laki-laki. Saya pernah berada dalam lingkungan yang kebanyakan cowok dan kebanyakan cewek. Alih-alih saya merasa ada suasana lucu di lingkungan para cewek, bawaannya malah pada serius atau kalau ngobrol ke mana-mana dan saya merasa tersesat ada di antara mereka. Berbeda di lingkungan para cowok, suasananya jauh lebih nyantai.

Maka, bagi anda para wanita.... salah satu cara menghargai dan menerima kehadiran para cowok itu adalah tertawalah dan tolong tertaawa saat mereka membuat joke, betapapun joke itu begitu garing. Lelaki akan merasa ilfil kalau kemudian jokenya didiamkan atau malah ditanyakan, "kok bisa gitu?" atau ungkapan yang sangat lajim dari para wanita, "terus gimana?"

Hal ini juga didorong oleh kecenderungan wanita yang main perasaan, peka dengan hal-hal yang berbau sindiran, dan yang jelas memang sensitif terhadap bahasa-bahasa tidak langsung.



Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun