Kalau cowok jadi umpan politik rasanya jarang terdengar yak. Hehehee.... mungkin ada sih, cuman belum pernah mendengar. Tapi kalau perempuan yang dijadikan umpan politik kok jadinya sudah sangat sering terjadi, mulai jaman kerajaan, kekaisaran, sampai jaman republik. Mulai dari dunia barat, dunia timur, sampai dunia maya.
Sekarang, pak Abraham Samad lagi dicomblangin sama putri Indonesia. Di era digital, apa saja bisa dibuat. Itulah umpan politik di dunia maya yang saya maksudkan. Saya yakin, foto-foto ini dibuat sebagai bentuk keisengan. Lihat momentnya loh, seperti mengulang moment cicak lawan buaya. Motifnya, meskipun dalam carut marut politik, tapi begitu mudah terbaca. Lah foto buatan, editan, ada barang yang diedit dan ada kejanggalan editannya, gimana akan merusak nama baik seseorang? gimana bisa membunuh karakternya? lagian sudah terasa basi sebenarnya. Meskipun masih tetap aktual adanya umpan perempuan di tengah pusaran politik.
Menarik sebenarnya kasus ini bahwa yang disasar bukan hanya pribadi pak Abraham, tapi institusi KPK. Nyatanya, yang mengklarifikasi langsung ke publik bukan pribadi pak Abraham. Benar-benar umpan politik yang kemudian mengingatkan kita pada kasusnya pak Antasari Azhar yang juga syarat kejanggalan berkaitan dengan seorang wanita. Percakapan telepon yang direkam. Jelas bukan sesuatu yang tidak wajar. Mungkin mempelajari kasus sebelumnya ini kemudian pak Abraham sepertinya mau dicomblangin dengan putri indonesia. Hanya bedanya, yang kemarin itu ada cukup waktu untuk menyusun skenario. Yang sekarang si iseng memanfaatkan moment ajah. Keisengan yang sangat instant.
Yuk lihat lagi bagaimana kasus sebesar PKS bisa jatuh. Masalah daging sapi jelas. Tapi itu tak semenarik kisah-kisah perempuan yang ada di sekelilingnya. Jebakankah? bukan, kali ini wanita-wanitanya yang terjebak. tapi memang sepertinya kaum ini menjadi bumbu politik yang kelewat sedap. Seperti kisahnya Samson dan Delila, Cleopatra, Henry VIII, kasus Lucretia pada abad V, sampai politikus-politikus lokal Indonesia. Bukan hanya politikus, pebisnis juga sebenarnya. Kan dulu pernah mencuat apa yang disebut dengan gratifikasi seksual?
Tentang wanita yang dijadikan umpan ini, Moammar Emka yang pernah menulis buku Jakarta Under Cover, mengatakan, "Kan nggak sembarangan, harus terjaga namanya. Daripada mengganti umpan, ada yang memilih memeliharanya, dinafkahi, dipenuhi kebutuhannya, sehingga saat perlu bisa dipakai,"
Konon sih, katanya, hanya keledai bodoh yang jatuh ke lubang yang sama. Saya tidak tahu, kasus ini menjatuhkan wibawa kaum lelaki atau menjatuhkan martabat perempuan. Apakah di hadapan nafsu semacam ini, baik lelaki maupun wanita sama-sama rela menjadi bodoh bersama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H