Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pak Yasraf dan Siti Zuhro pun Jadi Bodo Demi TV One

7 Agustus 2014   16:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14073801951140119942

Kemarin baru saja heboh dengan lulusan S3 UGM yang menyebut Prabowo sebagai titisan Allah SWT. Saya tidak tahu, penelitian ilmiahnya bagaimana. Sekarang seorang profesor LIPI dan Pakar filsafatpun tampil layaknya penjilat untuk Prabowo.

Pagi ini menyempatkan nonton televisi. Kebetulan di TV ONE ada Yasraf Amir Piliang dan Siti Zuhro. Dalam bidang akademis, meskipun berbeda ilmu, kedua orang ini cukup mumpuni. Saya senang dengan buku-bukunya Yasraf, tapi entah mengapa karena melihat beberapa kali penampilannya di televisi nomor satu ini saya jadi nyesel menyenangi bukunya. heheheee

Buku Hipersemiotika di antara koleksi buku saya

Bebas dong nyesel, karena ini kan masalah perasaan pribadi. Nyeselnya karena apa yang dia tuliskan dalam buku-bukunya, tidak terpancar sama sekali dalam penampilannya di televisi. Bahkan kalau mengikuti kuliah-kuliahnya, metode dekontruksi akan memperlihatkan bagaimana sebuah peristiwa harus dibaca dan dimaknai secara kritis. Austin misalnya mengatakan, jangan percaya pada gramatika. Dan kita bisa membaca misalnya tulisan-tulisan Yasraf Transpolitika: Dinamika Politik di Era Virtualitas, dunia yang dilipat, dan Semiotika dan Hipersemiotika. Di situ, Yasraf begitu kritis terhadap realitas sosial. Membaca secara komprehensif suatu wacana dan realitas sosial. Tapi apa yang saya lihat tadi sungguh berbeda. Akhirnya saya hanya melihatnya sebentar.

Oleh TV ONE dia diminta sebagai pakar membaca gestur. Ini sebenarnya agak berbeda. Kapasitas sebenarnya lebih sebagai pembaca tanda-tanda simbolik, bukan gestur yang berhubungan dengan psikologi. Maka, kemudian apa yang diuraikannya semacam dipaksakan dan kehilangan 'roh'/spirit keluasan wawasannya. Dia membaca wajah dan mimik Husni Kamil Manik yang begitu tegang saat Prabowo menyampaikan tuntutannya secara berapi-api. Wajah Husni Kamil kelihatan tegang dan memang serius, tidak seperti biasanya yang begitu cair. Lalu keseriusan itu, menurut Yasraf, dimungkinkan sebagai sebentuk ketakutan akan kekalahan, atau memang karena dia bersalah. Jelas ini merupakan upaya menggiring opini publik karena kemudian diulang-ulang. Hal itu dilakukan dengan memperbandingkan sosok Prabowo yang begitu yakin, percaya diri, dan tanpa beban. Yasraf memaknai ini sebagai sebuah kebenaran yang dibawa oleh sosok Prabowo. Dengan demikian, nuansanya sangat kuat, bagi TV ONE Prabowo adalah sang patriot dan pahlawan, KPU adalah pecundang.

Inilah yang hilang dari kebiasaan Yasraf. Keseriusan memiliki banyak makna, bukan hanya masalah ketakutan tapi boleh jadi dia memang serius karena ini berkaitan dengan hukum dan berkaitan langsung dengan reputasinya sebagai pemegang kendali pemilihan presiden. Sebaliknya, orang yang tampak berapi-api belum tentu karena keyakinan akan kebenaran. bisa juga karena ketidakyakinan lalu berusaha tampil meyakinkan. dalam teori komunikasi massa, kesalahanpun kalau ditampilkan dengan meyakinkan akan kelihatan lebih benar daripada kebenarannya. Maka, dengan teorinya hipersemiotik, sebenarnya apa yang ditampilkan Yasraf justru gugur dengan sendirinya.

Pembongkaran makna dengan mempertanyakan ada apa di balik sebuah pernyataan itu biasa dia pakai. Apalagi hakim MK juga mengatakan dan mengingatkan Prabowo agar tidak menggunakan kalimat-kalimat bersayap. Maka pertanyaannya ada apa kok Yasraf jadi bodo? di sini? yang jelas dia mempertaruhkan kecendekiawanannya. Demi TV ONE dia seakan tampil layaknya penjilat.

Hal yang sama juga terjadi pada Siti Zuhro. Seorang profesor LIPI. Dengan kelihatan meyakinkan dia percaya diri telah dilibatkan dalam pemilihan anggota KPU. Dia telah merasa sukses dengan adanya ketua KPU itu. Lalu, dia kecewa dengan KPU yang dianggapnya partisan. Ketidakprofesionalan KPU terlihat dengan adanya banyak gugatan dalam pemilihan legislatif. Padahal, selama memilih dia sudah mensyaratkan selain kapabilitas juga integritas. Bukankah dengan demikian sebenarnya dia melakukan blunder sendiri. Seolah mau menekankan dirinya berjasa dan berhasil dengan menjatuhkan KPU sebenarnya berarti itu kegagalannya dalam bekerja.

Yang kedua, perlu dilihat secara psikologis, banyaknya gugatan yang terjadi adalah karena para caleg siap menang dan ga siap kalah. Bukan karena KPUnya yang partisan. Anggota KPU itu kan banyak? masa iya, semuanya partisan dan ke satu pihak. Kalau itu yang terjadi kan seharusnya di dalam tubuh KPU sendiri terjadi konflik internal? Saya pribadi kok ga rela kalau orang-orang sekaliber mereka berdua mempertaruhkan intelektualitas untuk membangun citra diri sebagai orang baik.

Kedua orang ini bahkan dengan tanpa analisa apapun merasa bahwa bukti yang diajukan Prabowo kuat dan tuduhan-tuduhan mereka benar adanya. Mungkin perlu belajar dari Refly Harun yang tetap berani berkata objektif di TV ONE. Ia melihat bahwa gugatan ke MK bisa menjadi pembelajaran, tapi kalau tujuannya untuk merubah hasil pemilu itu berat. Refly Harun berangkat dari analisanya betapa sulit untuk membuktikan adanya kecurangan yang massif, terstruktur, dan sistematis.

Barangkali, TV ONE lebih baik mencari bukti-bukti bahwa apa yang disampaikan Prabowo benar. Misalnya soal pilpres di Korea Utara yang 97%, bukti pembakaran rumah pendukung, bukti pengeroyokan, bukti 0% suara Prabowo Hatta, dll. Investigasi ini akan lebih menjadi barang bukti yang bisa dilampirkan di MK dari pada membangun opini publik dengan meminta para ilmuwan menuruti kehendaknya. pertanyaannya, kok para ilmuwan ini mau yak?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun