Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lelaki Tak Bisa Mendua

9 Oktober 2014   19:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kecenderungan umum para lelaki adalah bahwa otaknya tidak bisa mendua. Artinya, memikirkan dua hal sekaligus, apalagi lebih dari 2. Otak lelaki sangat terbiasa untuk fokus dan konsentrasi. Katanya.

Tapi ini bukan urusan asmara loh. Kalau untuk urusan asmara yang mendua-mendua sih sebenarnya sama saja antara lelaki dan wanita. Hanya berbeda porsi serta dimensinya.  Yang saya bahas kali ini adalah bagaimana kaum lelaki berkegiatan, berfikir dan bertindak. Konon, makhluk mars ini adalah makhluk yang berevolusi dari kebiasaan berburu. Mereka harus fokus dengan buruan, menatap tajam jauh ke depan, dan akan mengejarnya sampai dapat untuk kemudian dibawa pulang ke gua menghidupi anak dan istrinya. Dalam suasana perburuan semacam itu kan tidak mungkin sambil ngobrol dan melakukan hal lain. Bahkan seandainya ada singa di belakangnya pun dia bisa tidak sadar.

Kebiasaan semacam ini kemudian membentuk otak lelaki yang kalau sedang konsentrasi atau bekerja tidak bisa diganggu gugat. Pandangan mata lelaki konon jauh lebih tajam, fokus, dan sempit dibandingkan dengan wanita. Pandangan wanita, tanpa menolehpun konon bisa 360 derajat, menyapu siapa saja yang hadir di situ, penampilannya bagaimana, dan mungkin makanan yang tersedia apa saja. Otak wanita bisa sangat peka dalam satu ruangan yang luas tapi tidak terlalu jauh.

Meskipun ada lelaki yang bisa menyetir sambil telepon, ini butuh kebiasaan dan pelatihan yang luar biasa. Bandingkan dengan wanita. Dia bisa melakukan banyak hal sekaligus. Bila mendengarkan telepon, seorang lelaki akan mengecilkan volume televisi dahulu. Sedangkan wanita, konon bisa telepon sambil tetap menyimak temen ngobrol di dekatnya.

Bila seorang wanita bisa sikat gigi sambil ngelap wastafel atau mencetin jerawat di hidung, bahkan bisa sambil ngobrol, tidak demikian dengan lelaki. Dia akan melakukannya bergantian. Oleh karena itu, perhatikan neh kaum wanita, jangan pernah mengajak ngobrol lelaki yang sedang mencukur jenggot dan kumisnya, karena dia bisa tersayat silet. Atau jangan dikagetin lelaki kalau sedang memaku jendela dengan palu, karena bisa-bisa tangannya yang kena pukul palunya sendiri.

Juga, ketika mereka sedang bekerja atau fokus dengan pekerjaan, jangan cari perhatian dengan mengajaknya ngobrol karena yakinlah anda akan dianggap sebagai hama yang untuk sementara itu harus disingkirkan. Menariknya, wanita karena biasa main perasaan akan merasa tidak diabaikan karena lelaki lebih mencintai atau memperhatikan pekerjaannya dibandingkan dirinya.

Pengalaman saya, ketika harus mengajar secara online beberapa mata kuliah secara bersamaan hasilnya justru tidak maksimal, meskipun waktu yang dibutuhkan sama ketika bergantian. Saya kan harus menanggapi diskusi forum dalam perkuliahan e-learning itu. Nah, kalau kelas pancasila, kelas etika, kelas kewarganegaraan misalnya saya buka bersama-sama... hasilnya adalah tanggapan saya seadanya. Bahkan dalam satu kelas pun, saya hanya bisa membaca satu demi satu tanggapan untuk kemudian menanggapinya dengan lebih baik. Pernah saya mencoba membuka kuliah, membuka kolom menulis di kompasiana, dan membuka word untuk menuangkan tulisan. Hasilnya, ya memang ga maju-maju. Hahahaa... nyerah deh.

Oleh karena itu, untuk para wanita, kalau mau ngajak ngobrol lelaki, perhatikan apakah dia sedang fokus atau tidak. Ketika dirasa bisa mengobrol, tanyakan kapan bisa bicara. Karena lelaki butuh agenda dan kepalanya akan menyusun agenda itu. Bila sudah teragendakan dengan baik dan jelas, yakinkan itu akan menjadi prioritas dengan sendirinya dan anda tidak akan merasa tidak diabaikan lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun