Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Virus Corona dan Teori Evolusi

2 Maret 2020   11:38 Diperbarui: 3 Maret 2020   07:38 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi virus corona. (sumber: shutterstock)

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab dari perpindahan virus dan bakteri yang awalnya hanya ada di binatang, terutama binatang liar, ke tubuh manusia. 

Dan kemudian dari manusia ke manusia lainnya: kontak manusia dengan binatang liarnya, meskipun sering sering tidak langsung, perubahan iklim, dan globalisasi manusia itu sendiri. Secara teori, perpindahan virus lintas spesies terjadi karena virus tersebut berusaha beradaptasi untuk mencari inang baru kalau dia 'terusir' dari inangnya yang terdahulu. 

Secara sederhana, logikanya, kalau suatu virus kemudian terlempar ke spesies lain yang bukan inangnya, kehidupan tidak akan mendukungnya untuk bertahan.

Tapi kalau lama lama dan secara kuantitatif itu banyak terjadi, maka virus virus itu juga punya kecenderungan untuk bertahan hidup dan demikian berusaha untuk bisa menempel di inang barunya dengan kondisi yang sama sekali baru. 

Menghadapi sesuatu yang baru, umumnya juga inang baru ini tidak siap. Inilah yang menjadi penyakit dan wabah. Terjadi semacam pertarungan terus menerus antara si virus yang ingin mendapat inang baru, dengan inang yang tidak mau ditinggali virus tersebut.

Teori demikian kemudian digunakan oleh Talcott Parsons dalam teori sosialnya. Bahwa secara sosial akan selalu ada dan terus ada adaptasi, tujuan,  integrasi, dan latensi. Menghadapi sesuatu yang baru, masing-masing masyarakat akan beradaptasi, dalam proses ini akan memunculkan konflik kalau tidak mampu beradaptasi, untuk sampai pada arah tertentu yang kadang kala tidak terprediksi sebelumnya. 

Setelah benar benar tercapai kemudian terjadi semacam integrasi, semacam kesatuan dan keseimbangan. Baru setelah integrasi terjadi, ada semacam sistem yang akan memelihara keadaan. Sampai kemudian sesuatu yang baru muncul kembali, entah dari dalam atau dari luar. Itu kalau secara sosial. Dan yang sosial itu memang didasarkan pada fenomena alami.

Dalam hal penyakit sepertinya juga begitu: Ada adaptasi dan dalam proses adaptasi manusia dengan virus ini, penolakan dan mencari penangkal adalah bagian dari adaptasi ini, nanti akan muncul integrasi. 

Normal kembali, setelah manusia mendapatkan penangkalnya seperti penangkal HIV, lalu dibuatlah sebuah sistem yang bisa tetap menjaga keseimbangan itu, misalnya begitu kena virus disiapkan obatnya. Bisnis baru yang lumayan luar biasa nih. Sehingga tidak aneh kalau ada yang menghubungkan virus Corona ini dengan teori konspirasi.

Tapi ya, selayaknya kita terhadap penyakit, si penyakit juga sering sering beradaptasi terhadap obat yang kita konsumsi, demikianlah dengan virus virus itu. Kalau kita rentan dengan suatu penyakit, awalnya dikasih obat dengan dosis kecil sembuh. Tapi lama lama, dosis yang tinggipun tetap tidak sembuh karena penyakitnya kebal. Dalam teori evolusi hal itu dikarenakan si penyakit sudah beradaptasi.

Sayang sekali bahwa, globalisasi berjalan sangat erat dengan perubahan. Baik perubahan alam maupun perubahan sosial. Perubahan alam menjadikan perilaku spesies juga ikut berubah dalam rangka survive terhadap kelangsungan spesiesnya. Dan perubahan demi perubahan perilaku ini, termasuk virus virus, berdampak pada manusia yang rawan terhadap kontak dengan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun