"Rumah dengan angka Rp 350 juta itu banyak, bukan hanya di pinggir. Pemerintah harus menyelesaikan suplai dan demand," Kata pak Anies ketika berdebat dengan Ahok dalam acara Mata Najwa semalam.
"Lihat di online saja, banyak sekali tawaran rumah dengan harga yang bisa terjangkau oleh warga berpenghasilan Rp 7 juta ke bawah," ucapnya.
“Buka Rumah123, pilih di bawah Rp 500 juta, banyak. Saya siang tadi negecek. Daftarnya banyak dengan berbagai ukuran,” kata Anies.
Pertama tama, saya mengapresiasi tentunya kata kata pak Anies yang dikenal cerdas, smart, dan santun ini. Bagi saya bukan masalah retorikanya. Kalau retorika mah, semua juga bisa ngomong yang bagus bagus. Namun, sebagai pengajar kewirausahaan, jelas saya tertarik dengan Oke Oce dan terutama dengan program rumah tanpa DPnya. Sayang sekali, penjelasan tentang rumah tanpa DP ini malah tidak jelas dan berubah ubah. Bayangan kita tentang rumah tanpa DP kan, pemerintah bangun rumah lalu rakyat dipersilahkan membeli tanpa DP. Itu semua untuk rakyat kecil. Huebattt.... saya dukung kung kung kalau semacam ini. Pasalnya adek adek saya belum pada punya rumah tuh, baik yang di Jakarta maupun di luar Jakarta. Sayangnya, konsep ini segera berubah manakala banyak orang bertanya, di mana akan dibangun rumah. Katanya sih, di lahan pemprov yang tidak terpakai akan dibangun rumah vertikal. Di sini timbul masalah sebenarnya, lahan pemprov? dijual? meskipun untuk rakyat kecil tetap saja bermasalah ke depannya?
Maka, kemudian muncullah polemik yang kembali dilemparkan pak Anies, "tanah pemprov digunakan untuk mall saja ga pada ribut, kenapa untuk rakyat pada ribut?" Dan ketika diminta untuk menunjukkan yang mana, meskipun masyarakat bisa menebak nebak, tapi pak Anies seperti menghindari untuk menjawab. Entah bagaimana jawaban beliau tentang pertanyaan tersebut. Dan kenapa tidak kunjung dijawab? Jangan jangan memang ini blunder ya untuk beliau sehingga tidak terlalu ngotot menyampaikan data sehingga membuat masyarakat menjadi orang bodoh yang diberi teka teki silang. Akhirnya hilanglah sudah, harapan saya sebagai rakyat kecil untuk mendapatkan rumah.
Semalam berdebat lagi. Konsep rumah DP 0 rupiah diangkat lagi. Dan sebagai seorang pengajar tentu saya senang untuk mencari sumber sumber yang jadi bahan debat. Nah, ketika semalam pak Anies bilang buka 123.com... saya langsung ngecek.... seperti yang dikatakan pak Anies..... sayang sekali hasilnya nihil... sumpah deh... ga ada di Jakarta yang ga pinggirian harganya 350 jutaan.... padahal baru tadi siang ya, katanya pak Anies ngecek.... katanya daftarnya banyak dengan berbagai ukuran.... orang saya cari 400jutaan saja, iklan cuma 5.... lima itu ga banyak pak?
"Poinnya adalah pemerintah hadir menyelesaikan supplay dan demand. Ada supply (warga jual) rumah murah, ada kebutuhan warga terhadap rumah murah, tapi ini enggak bisa ketemu, kenapa? Karena enggak sanggup DP," ucapnya.
Masalahnya kalau debat cuma lisan sama lisan, tidak bawa alat untuk ngecek sumber itu memang susah. Seperti debat kusir. Saya pernah berdebat dengan saudara saya tentang berbagai tema. Ketika saya merasa sudah benar dengan apa yang saya pelajari, didebat dengan sesuatu yang berbeda sama sekali. Tanpa sumber. Ya sudah, ketika tidak bisa mengakses sumbernya saat itu ga bisa ngapa ngapain. Tapi begitu HP saya sudah cukup smart ngakses internet... sekarang saya langsung bisa ngecek dan menunjukkan sumbernya. Persis suasananya pak Ahok dan pak Anies semalam adalah itu. Dengan meyakinkan pak Anies bilang, saya tadi siang ngecek... dan tidak ada kesempatan ngecek ulang kebenarannya. Untungnya media juga cukup jeli melihat peluang untuk menjadi bahan berita. Entah mereka mendukung atau menolak calon yang mana, tapi ngecek itu penting.
Dan umumnya.... berita yang netral akan menyampaikan bahwa rumah 350jutaan di Jakarta itu sudah sulit didapatkan.... alih alih banyak, sulit didapatkan... padahal pak Anies baru ngeceknya kemaren siang? entah kenapa media pendukung pak Anies ga ribut soal ini... mungkin tahu bahwa ini sulit atau jelas berbohong... maka tema ini sengaja ga diekspose... ya wajar saja, memang demi politik maka bohong itu sah sah saja kok...
Seorang Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda menegaskan, harga Rp 350 untuk rumah baru di Jakarta sudah tidak ada. Kini cuma rumah bekas yang bisa didapatkan dengan seharga itu, namun sangat jarang ada orang yang menawarkannya. "Harga Rp 350 untuk rumah premier sudah enggak ada," ujar Ali kepada JawaPos.com, Selasa (28/3).