Lah, lalu apa hubungan peristiwa kesurupan dengan kasusnya AA Gatot tersebut? keduanya mengaitkan antara peristiwa yang sedang terjadi dengan hal hal ghaib. Hanya saja dalam motif yang berbeda. Dan saya tertarik dengan apa yang diungkapkan oleh psikolog Susan Blackmore bahwa fenomena semacam ini khas dan hanya terjadi dalam masyarakat yang religius.
Saya pikir kalau saja si Elma itu bukan orang beragama, akan sangat sulit menerima penjelasan aspat aliar kristal sabu sabu itu diberikan dari dunia ghaib, dari jin. Apalagi makanan jin untuk bisa berdialog bersama. Karena dia beragama inilah maka argumen yang bagi orang beragama itu masuk akal, bagi orang beragama sama sekali ga masuk akal. Kok saya bisa tertawa guling guling mendengar penjelasan itu, apakah saya tidak beragama?
Mengutip cara pandang para ulama, saya ini beragama hanya belum jatuh pada kesyirikan. Hehehee.... Kalau begitu saya mendua dong, pada posisi yang ga jelas atau munafik. Ya mungkin saja sih. Sebagai orang beragama, saya takut untuk tidak mempercayai hal yang ghaib. Tapi, sebagai manusia yang punya kebebasan dan akal budi, wajar dong kalau saya harus jujur belum pernah mengalami atau menemui bangsa jin dan sejenisnya. Ini saya jujur. Belum mengalami bukan berarti tidak ada.
Nah... belajar dari AA Gatot yang bisa menyajikan makanan jin untuk bisa berkomunikasi dengan sesama umat Allah ini, sebagai orang yang berakal mestinya bisa juga dong kita menganalisanya. Seperti dibawa ke laboratorium apa isinya, dibuktikan dan diteliti lebih lanjut. Siapa tahu dengan objek penelitian baru ini bisa jadi ilmu yang baru. Bahwa material makan jin itu terbuat dari unsur unsur ini. Kalau belum ada dalam tabel periodik kimia, mungkin bisa dibuatkankan yang baru.
Meskipun bagi orang beragama sih akan mengatakan, "itu terjadi karena pemahaman agamanya masih dangkal."
Ya mungkin saja...... tapi saya juga ingin mengatakan hal semacam itu terjadi karena budaya ilmiahnya masih dangkal. Mungkin juga kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H