Kinerja Jokowi dipertanyakan. Begitulah judul berita pagi ini di TV One. Seandainya pemilik stasiun televisi tersebut bukan politikus dan tidak sedang mencalonkan diri jadi presiden, mungkin judul berita ini tidak perlu dipertanyakan. Tapi, karena pemiliknya adalah seorang capres, wajar bila pemirsa mempertanyakan netral tidaknya pemilihan judul tersebut.
Isi beritanya adalah rilis dari sebuah lembaga survei yang tidak disebutkan namanya yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi menurun drastis. 15 bulan sejak Jokowi menjabat gurbernur, kini publik mulai menyatakan kekecewaannya. Indikasinya adalah menurunnya tingkat kepercayaan publik yang rendah terhadap kinerja Jokowi berkaitan dengan banjir dan macet yang tak kunjung usai.
Berita tersebut kemudian ditutup dengan kritik keras Ridwan Saidi bahwa Jakarta semakin parah dipimpin Jokowi. Ridwan ini mungkin gambaran masyarakat Jakarta pada umumnya yang dulu sangat optimis dengan kepemimpinan Jokowi. Menjelang pilkada Jakarta, Babe memastikan bahwa Foke kalah. ketika putaran kedua, dia mengatakan 'titip budaya betawi' pada Jokowi, padahal pilkada belum selesai. Itu menunjukkan optimismenya dan kini dia ikut menyatakan kekecewaannya.
Entah kenapa nama lembaga survei ini tidak disebutkan langsung. Mungkin mengacu pada hasil Lembaga Survei Nasional. Lembaga ini memang telah mengadakan survei yang mengklaim bahwa kepuasan warga Jakarta terhadap Jokowi menurun. Kalaupun hasil survei tersebut benar, tapi judulnya menjadi tidak tepat karena setidaknya di dalam berita itu tidak ada yang bertanya dan mempertanyakan. Judulnya, selain memerlukan banyak pengandaian, juga membangun opini yang cenderung menyesatkan. pengandaiannya, kalau publik tidak puas, lalu bertanya apa sih kerjaan Jokowi. Bagaimana sih kinerja Jokowi? dll. Padahal yang terjadi belum tentu seperti itu.
Tentang apa saja yang dilakukan Jokowi jelas masyarakat bisa melihatnya karena keuntungannya yang dekat dengan media. Meski bisa saja ini dimaknai sebagai pencitraan. Mungkin yang dipertanyakan adalah efektivitas kinerjanya. Kalau ini yang dipertanyakan, barangkali responden juga perlu ditanyai bagaimana kerja sama semua pihak yang terkait agar kinerja tersebut bisa berhasil. Kalau ini juga ditanyakan, barang kali hasilnya akan berbeda. Apakah di sana tidak ada benturan kepentingan politik?
Judulnya akan  terkesan netral kalau diganti LSN: Kepuasan Publik Terhadap Jokowi Menurun bukan Kinerja Jokowi dipertanyakan. Sebenarnya, berita survei tersebut bukan berita baru. Maka, di balik pengulangan berita dengan menyembunyikan identitas justru memunculkan pertanyaan, ada kepentingan apa sebenarnya? LSN sendiri sudah menyatakan kenetralannya. beaya survei dibeayai sendiri. positif thinking saja, mungkin lembaga ini iuran dari para anggotanya. Sementara Jokowi menanggapi bahwa lembaga survei toh belum tentu netral. menurutnya, ada survei-survei titipan. baginya, terlepas dari survei apapun, yang penting adalah bekerja.
Kembali ke pengantar bahwa seandainya pemilik stasiun televisi tersebut bukan seorang capres, barang kali pemirsa mempercayai netralitasnya. Tapi, karena pemiliknya seorang capres, pemirsa juga boleh mempertanyakan judul kinerja Jokowi dipertanyakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H