Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Peradaban Defisit Cinta

6 Februari 2014   23:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saya memberi pembekalan pada sekelompok mahasiswa. Temanya adalah filsafat cinta. Sengaja saya mengambil tema tersebut, karena hampir tidak ada study tentang cinta. relasi akademis menjadi sangat kering karena lebih bersifat mekanis daripada manusiawi. Study tentang cinta, bukanlah study yang beruang, atau tidak menghasilkan uang.

[caption id="attachment_294195" align="aligncenter" width="498" caption="Kelompok-Kelompok dalam pembekalan, gambar koleksi pribadi"][/caption]

Penelitian lebih ingin sesuatu yang marketable. Pasar adalah segala-galanya. Cinta? Bahkan dalam pembahasan etika, tidak ada cinta di dalamnya. Akibatnya adalah, manusia seakan menjadi mesin hidup. relasi-relasi mereka sangat fungsional, sejauh berguna. Tidak ada kata pengurbanan. Yang ada malah sebaliknya, mengorbankan orang lain. Manusia menjadi homo homini lupus, srigala bagi manusia lainnya.

Karena tidak ada cinta (dan juga benci), orang tidak bisa lagi memikirkan orang lain. Saya memberikan contoh begini: sungai habis dibersihkan oleh petugas, besok paginya sudah penuh sampah. Rel kereta api, bantalannya hilang dicuri, diambil besinya. Padahal, kalau kecelakaan, bisa membunuh banyak manusia. Mur dan baut di jembatan suramadu banyak yang diambili pihak-pihak tak bertanggung jawab. dipasang CCTV, CCTVnya yang hilang. Benar-benar tak memikirkan orang lain.

Kejahatan sudah menjadi tontonan sehari-hari. Pemerkosaan terjadi tanpa emosi apapun. Alih-alih orang lain menolongnya, malah ikut gabung sebagai pelaku kejahatan. Relasi antar sesama, sama sekali tak melibatkan emosi. Semuanya serba fungsional. atasan bawahan. guru murid. rakyat pejabat. sungguh, semua seolah berjarak. Defisit cinta semacam ini, semakin lama semakin membuat manusia semakin kesepian, juga di tengah hiruk pikuk manusia lain di sekitarnya. Semua seakan sudah menjadi robot. Di sinilah kemudian gadget berfungsi. Relasi seseorang dengan gadgetnya lebih intim daripada dengan sesamanya. seseorang, bisa hidup tanpa keluarganya, tapi tidak tanpa gadgetnya.

Erich Fromm, seorang filosof dan psikolog cinta terkenal mengatakan bahwa kesepian manusia itu hanya bisa diatasi dengan cinta. Cinta merupakan kesatuan antara diri seseorang dengan sesuatu atau seseorang di luar dirinya. Cinta adalah ikatan emosional yang memberikan empati dan simpati dalam diri manusia. Tanpa cinta, manusia akan mengalami kemunduran transhumanis, yang justru akan menjadi robot-robot yang berdaging.

Cinta mengandaikan adanya sebuah hasrat. mengutip apa yang dikutip oleh A.A. Watimena, manusia adalah makhluk berlubang seperti kata Lacan. jiwa manusia berlubang. lubang itu menuntut untuk selalu diisi. Isinya macam-macam. Ada kemewahan, ada keintiman, ada ilmu, dll. Hasrat, bila dimaknai secara positif akan menghidupkan manusia, mencintai apa yang dihasratinya. Tanpa hasrat, manusia seperti raga tanpa roh. Meskipun kata Sang Buddha, keinginan adalah sumber penderitaan. Namun, sesungguhnya di dalam cinta juga ada penderitaan. Tapi penderitaan ini membahagiakan.

Ibu Teresa pernah mengatakan hal itu. Mencintai itu menyakitkan. Menyakitkan karena kita sering kali tidak bisa membahagiakan secara penuh, mewujudkan hasrat itu pada orang lain. Ada satu cerita menarik, ketika ibu Teresa didatangi seorang ibu bersama dengan anaknya. Anak itu, katanya sudah berhari-hari tidak makan dan kelaparan. Setelah mempersilahkannya masuk, ibu Teresa mengambilkan makan untuk tamunya. begitu keluar, anak yang digendongan ibunya sudah meninggal.

Maka, cinta adalah sebentuk pengorbanan untuk orang lain. Namun, pengorbanan semacam ini memberikan kebahagiaan. Cinta memuat banyak paradoks di dalamnya.

Seorang pemikir spiritual mengatakan bahwa cinta itu ada tiga tingkatan. cinta yang pertama adalah cinta kanak-kanak. Ungkapannya adalah aku mencintaimu jika (i love you if....) seorang anak kecil akan mudah sekali memalingkan cintanya, jika orang tersebut membawa apa yang dia inginkan. Cinta yang kedua adalah cinta remaja. Ungkapannya adalah aku cinta padamu karena (i live you because....) ada kwalitas tertentu yang diharapkan dalam sebuah relasi cinta. Yang terakhir adalah cinta yang dewasa, tanpa menghilangkan dua jenis cinta di atas, cinta yang dewasa mengatakan aku mencintai engkau, meskipun.... i love you, althought.... di sinilah cinta yang bisa berkorban. berkorban untuk apa? berkorban untuk kebaikan. Maka, untuk sampai pada kebaikan, cinta membutuhkan nalar, akal budi. Jangan sampai orang buta karena cinta. Banyak orang yang rela dibohongi atas nama cinta. Atas nama cinta yang tak rasional juga, orang bisa melakukan apa saja, diperdaya sedemikian rupa sampai melakukan yang jahat.

Nah, kembali ke tema, di situlah perlunya sebuah peradaban dengan cinta. Cinta yang rasional dan mengembangkan. Cinta yang bisa mengikis kejahatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun