Saya tertarik untuk mengulas ini kembali tentang bagaimana para pendukung koalisi merah putih merayakan kegembiraannya karena ternyata ada yang mengulas 'curhat' saya secara khusus dalam tulisannya.
Intinya adalah mereka juga merayakan dan senang dengan kemenangan koalisi merah putih yang berhasil mengembalikan suasana seperti pada jaman orde baru. Hanya, dalam tesisnya, koalisi merah putih jauh lebih calm down dibandingkan dengan koalisi indonesia hebat. Mereka tidak perlu meluapkan kegembiraan terlalu menggebu-gebu.
Kita bisa melihat beberapa foto untuk mengkritisi, benarkah demikian?
[caption id="attachment_327258" align="aligncenter" width="620" caption="sujud syukur karena kemenangan versi hitung cepat gambar dari forum.detik.com"][/caption]
koalisi ini dulu ketika menang versi hitung cepat mereka melakukan sujud syukur yang begitu meluap-luap. Kalemkah ini? dalam ungkapan-ungkapan berikutnya, tampak sekali bahwa ungkapan kegemberiaan mereka tidak sekalem yang diklaim sekarang.
Sesungguhnya sangat aneh ketika sekarang mereka mengklaim bahwa bentuk kegembiraan kubu merah putih di parlemen bersifat calm down. Kalaupun kemudian memang benar memang calm down, harusnya gema itu terlihat secara lebih meriah. Nyatanya tidak. Baik kalau kemudian ada yang mengatakan, "saya senang karena saya tidak lagi memilih bupati atau walikota secara langsung. Saya senang karena wakil saya sudah memilihkannya sesuai dengan aspirasi saya..." bagaimanapun juga, yang mereka wakili adalah rakyat. Dan dengan demikian, biarlah rakyat yang bergembira atas keberhasilan mereka.
Hanya, pernyataan bahwa kegembiraan koalisi merah putih lebih calm downlah yang pantas dikaji kembali. Sejak kapan ada perubahan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H