Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Itu Busuk (Sahetapy), Suci (Sabam Sirait),atau Dinamis (Bang Karni)?

10 Oktober 2014   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:36 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prof. Sahetapy yang terkenal lucu, cerdas, dan kritis mengatakan, "saya pernah membaca buku politik itu suci. Ini pasti yang menulis sinting. Politik itu busuk..." Tapi benarkah politik itu memang 'an sich' busuk?

Mungkin kalau dilihat gonjang-ganjing sekarang memang kelihatan busuknya sebuah politik. Politik tak lain adalah kompromi dan bagi-bagi kekuasaan tanpa pernah bertanya kepada kehendak rakyat yang sebenarnya. Demokrasi, pada awalnya telah mengakibatkan socrates dipaksa minum racun sebagai sebentuk hukuman. Dia dihukum karena pemikirannya yang rasional dianggap membawa kekafiran.

Ketika pemikiran takhayul berselingkuh dengan politik akhirnya orang yang berpemikiran rasional disingkirkan. Wajar kalau kemudian politik dianggap busuk. Politik menghasilkan hukum. Hukum mengikat seluruh warga negara. Kalau kemudian politik yang busuk menghasilkan hukum, lalu hukum yang dihasilkannya bagaimana? Dapatkah hukum dijadikan panglima?

Saya ingat ketika anggota dewan yang terhormat pergi studi banding tentang etika ke Yunani, tentang Pramuka ke Afrika Selatan. Hanya kemudian saya bertanya-tanya, kepergian itu bagian dari kebusukan politik atau kesucian sebuah politik. sebuah upaya untuk menghabiskan anggaran atau untuk kesejahteraan rakyat. Memang sampai sekarang saya belum mendengar undang-undang kepramukaan ini.

Sebaliknya,  Saba m Sirait melihat bahwa politik itu semestinya suci. Politik adalah menjalankan amanat rakyat dan menggali kepercayaan dari rakyat. Sebagai sebuah mandat, jelas mereka yang mengembannya dipanggil dalam sebuah kesucian. Politik, dengan mengacu pada teori Thomas Hobbes, homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya, menjadi semacam sarana untuk menyelamatkan manusia dari keadaan semacam itu. Negara sebagai kontrak sosial, memberikan mandat kepada sekelompok orang agar mengelola bahkan diberi kekuasaan penuh agar keadaan menjadi lebih teratur.

Tapi memang faktanya, politik dengan sistem demokrasi yang voting, hanya menghasilkan kanibal-kanibal yang memangsa sesamanya. Uang rakyat dikorupsi. Legislatif dan eksekutif saling menjegal. Tidak ada argumentasi yang sungguh berpihak kepada rakyat. Rakyat hanya diperalat.

Maka, akhirnya benarlah yang dikatakan TV ONE,politikitu dinamis. Bisa baik, bisa buruk. Tergantung siapa yang memaknainya dan bagaimana mereka memperjuangkannya. Tapi, absen sama sekali dari dunia politik, juga tidak baik. Karena akan menghasilkan orang-orang yang oportunis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun