Mohon tunggu...
Hero Club UBAYA
Hero Club UBAYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Surabaya

Hero Club adalah oraganisasi mahasiswa magister psikologi sains Universitas Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nikah? Duh Serem! Perspektif Psikologi di Balik Fenomena 'Marriage is Scary' pada Gen-Z

26 November 2024   07:30 Diperbarui: 26 November 2024   07:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2 : (Sumber: Desain Pribadi)

 Ketika anak yang tumbuh dalam keluarga tanpa kehangatan romantis dapat menyerap pola interaksi negatif yang membuat mereka memandang bahwa hubungan jangka panjang seperti pernikahan tidak akan berhasil. Akibatnya, banyak yang merasa ragu dan takut akan komitmen. Dengan demikian, pola kelekatan yang terbentuk dalam konteks keluarga yang tidak harmonis dapat berkontribusi pada ketakutan individu terhadap pernikahan.

 Hal ini juga diperkuat oleh paparan media sosial, di mana mereka terpapar oleh berbagai konten "Marriage is Scary" yang menggambarkan ketakutan serupa. Paparan ini semakin memperkokoh pandangan negatif yang mungkin telah terbentuk dari pengalaman masa kecil, membuat generasi ini kian pesimis tentang pernikahan.

  1. Psychoanalytic Social Theory (Basic Hostility and Basic Anxiety)

 Ketakutan terhadap pernikahan seringkali berakar pada trauma masa lalu atau pengalaman orang terdekat (Umsida, 2024) yang dapat dianalisis dari kacamata psikologi melalui lensa teori Psychoanalytic Social dari Karen Horney, khususnya konsep basic hostility dan basic anxiety. 

Ketika kebutuhan emosional seperti rasa aman atau kepuasan tidak terpenuhi di masa kecil, anak dapat mengembangkan basic hostility, namun sering kali tidak mampu mengekspresikannya kepada orang tua. Hal ini memicu  basic anxiety atau kecemasan mendalam, perasaan tidak berdaya dan ketidakpastian yang kerap terbawa hingga dewasa.

 Kecemasan ini dapat mengakibatkan ketakutan akan komitmen atau keraguan terhadap pernikahan karena ada ketakutan akan pengkhianatan dan ketidakpuasan. Dalam konteks ini, ketakutan terhadap pernikahan terlihat bukan hanya sebagai hasil pengalaman pribadi, tetapi juga respons atas dinamika emosional yang belum teratasi dan berakar dalam hubungan masa kecil yang tidak sehat.

Cara Mengatasi 

Gambar 3 : (Sumber: Canva) 
Gambar 3 : (Sumber: Canva) 

 Sejalan dengan akar penyebab ketakutan menikah yang telah diuraikan sebelumnya, maka berikut adalah beberapa tips untuk mengatasi ketakutan tersebut:

 Pertama adalah memahami dan mengenali pola perilaku yang dipelajari. Menggunakan Social Learning Theory, individu perlu mengevaluasi konten media sosial yang mereka konsumsi. Dengan membatasi paparan terhadap narasi negatif dan mencari contoh positif tentang pernikahan, mereka dapat membangun pandangan yang lebih realistis dan seimbang tentang komitmen. 

Misalnya, mengikuti akun yang berbagi kisah pernikahan bahagia bisa membantu mengubah persepsi yang negatif.

 Kedua,  penting untuk membangun kelekatan yang sehat dalam hubungan. Berdasarkan Attachment Theory, individu yang mengalami trauma dalam hubungan masa kecil perlu memahami bagaimana pola interaksi negatif dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap pernikahan. 

Terapi atau konseling dapat membantu mereka memproses pengalaman masa lalu dan menciptakan pola kelekatan yang lebih positif, sehingga mampu membangun rasa percaya dan keamanan dalam hubungan.

 Ketiga, mengatasi basic hostility dan basic anxiety yang diakibatkan oleh pengalaman emosional yang belum teratasi sangatlah penting. Individu perlu bekerja untuk mengenali ketidakpastian dan ketakutan yang mereka rasakan serta mencari dukungan, baik dari teman maupun profesional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun