Mohon tunggu...
Hero Club UBAYA
Hero Club UBAYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Surabaya

Hero Club adalah oraganisasi mahasiswa magister psikologi sains Universitas Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nikah? Duh Serem! Perspektif Psikologi di Balik Fenomena 'Marriage is Scary' pada Gen-Z

26 November 2024   07:30 Diperbarui: 26 November 2024   07:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : (Sumber: Dsain pribadi)

 Di era digital, tren "Marriage is Scary" ramai dibahas di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X. "Marriage is Scary" apabila diartikan yakni pernikahan itu menakutkan. Istilah ini banyak digunakan menjadi konten sebagai respons takut akan pernikahan. 

Melalui konten-konten ini, individu berbagi pengalaman atau spekulasi negatif tentang pernikahan---misalnya, kekhawatiran akan kekerasan, perselingkuhan, atau konflik dengan keluarga pasangan. 

Narasi ini membuka ruang diskusi yang lebih jujur tentang sisi gelap pernikahan, dengan ungkapan seperti "Marriage is scary what if pasangan lo main kasar", "Marriage is scary what if he does what my dad did", "Marriage is scary gimana kalo nanti pasangan kita selingkuh", "Marriage is scary bayangin nanti pasangan gak bisa belain lo di depan keluarganya", dan lain sebagainya yang menggambarkan ketakutan mereka.

 Generasi Z merupakan kalangan yang paling banyak menggunakan media sosial seperti Tiktok, Instagram, dan X. Menurut beberapa peneliti, tahun lahir Gen Z berada pada tahun 1997-2012. Rentang usia ini seharusnya menjadi periode dimana individu mulai mempertimbangkan pernikahan. 

Namun, laporan dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah pernikahan terus mengalami penurunan selama enam tahun terakhir. Penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2023, dimana angka pernikahan menurun sampai 2 juta pasangan dari 1.705.348 menjadi 1.577.255. 

Dengan penurunan angka terhadap pernikahan di masyarakat, fenomena ini sejalan dengan tren "Marriage is Scary" dimana banyak individu di generasi ini mengekspresikan ketakutan dan keraguan mereka tentang pernikahan, menjadikan tema ini semakin relevan dan sering diperbincangkan di platform media sosial Tiktok.

 Narasi ini mencerminkan kekhawatiran yang mendominasi pemikiran Generasi Z, yang mungkin berkontribusi pada penurunan angka pernikahan.

 

Gambar 2 : (Sumber: Desain Pribadi)
Gambar 2 : (Sumber: Desain Pribadi)

"Marriage is Scary" dari perspektif psikologi 

  1. Social Learning Theory

 Menurut Social Learning Theory dari Bandura, individu belajar dari mengamati dan meniru perilaku orang lain, terutama model yang mereka lihat pada kehidupan sehari-hari.  Bagi Gen Z, yang aktif dan sangat dekat dengan media sosial, paparan terhadap konten bertema "Marriage is Scary" dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap pernikahan. Ketika mereka sering melihat narasi negatif tentang pernikahan, mereka mulai merasa bahwa pernikahan adalah risiko yang sebaiknya dihindari. Proses ini menciptakan siklus ketakutan terhadap komitmen yang semakin kuat seiring dengan meningkatnya paparan pada konten yang serupa. Misalnya, seorang narasumber mengungkapkan, "Melihat konten marriage is scary bikin takut menikah; banyak yang share hal-hal negatif." Pandangan serupa diungkapkan narasumber lainnya, "Ngeri sih, jadi takut menikah."

  1. Attachment

 Trauma yang dihasilkan dari hubungan atau kelekatan yang tidak harmonis dengan orang tua seringkali menimbulkan ketakutan terhadap pernikahan (Kumparan, 2024). Fenomena ini berkaitan dengan teori attachment yang dicetuskan oleh John Bowlby. Menurut Agusdwitanti dkk. (2015), pengalaman kelekatan masa lalu membentuk pola hubungan yang mempengaruhi cara seseorang berelasi di masa dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun