"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Â
Kutipan di atas memberikan kita pemahaman bahwa mengajarkan pengetahuan/ knowledge kepada anak adalah baik namun yang lebih utama dan terbaik adalah adalah memahamkan tentang hal baik dan buruk kepada anak, untuk itu anak atau murid meski dibekali dengan pendidikan karakter yang penuh dengan kebajikan-kebajikan universal.
Proses pembelajaran dalam mengikuti pendidikan guru penggerak sejatinya telah memberikan banyak pemahaman dan pengetahuan serta nilai-nilai luhur seorang guru. Pemahaman dan pengetahuan yang didapat tersebut akan sangat berguna untuk menjakankan tugas sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru akan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang tidak mudah, pengambilan keputusan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh karakter dan nilai-nilai kebajikan yang menjadi jatidirinya. Â Dalam modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak dituliskan tentang kebajikan-kebajikan universal yang bersumber dari Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF) yang dapat dijadikan patokan dalam mengambil keptusan, yakni Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA; Kemandirian dan Tanggung jawab; Kejujuran (Amanah), Diplomatis; Hormat dan Santun; Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong; Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras; Kepemimpinan dan Keadilan; Baik dan Rendah Hati; dan Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan. Nilai-nilai tersebut hendaknya selalu menjadi rujukan guru dalam mengambil keputusan. Guru jangan sampai mengambil keputusan yang bertentangan dengan nilai tersebut.
Filosofi Pratap Triloka dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaranÂ
      Patrap Triloka merupakan asas-asas pendidikan yang dikemukan oleh Ki Hadjar Dewantara yang terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Dalam kaitannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran Guru haruslah menggunakan landasan Pratap Triloka dalam mengambil keputusan yang bermuara pada kepentingan murid, Guru harus memiliki bisa menjadi teladan, membangun motivasi dan memberikan teladan kepada murid dalam upaya mengantarkan murid menjadi manusia seutuhnya yang sesuai dengan kodrat nya.
Nilai Diri dan Prinsip dalam Pengambilan KeputusanÂ
      Pengambilan keputusan dalam memimpin pembelajaran harus mengedepankan nilai-nilai kebajikan dan prinsip yang bermuara pada kepentingan murid. Ada kalanya pengambilan keputusan dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang menuntut pengambilan keputusan secara tepat, masuk akal dan bertanggung jawab. Pengambilan keputusan yang tepat harus bisa membedakan antara bujukan moral atau dilema etika. Guru harus mengenali situasi bujukan moral atau dilema etika dalam suatu kondisi yang ditemuinya serta mengambil keputusan yang bisa menjadi teladan bagi muridnya. Keputusan yang tepat berasal dari nilai-nilai kebajikan yang dimiliki oleh guru, dan nilai-nilai kebajikan inilah yang harus guru tunjukkan dan latihkan kepada murid. Selain memperhatikan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip pengambilan keputusan, tidak ada aturan yang baku dalam menentukan prinsip yang digunakan, karena semuanya bergantung pada situasi dan kondisi yang berlaku dalam menerapkan etika. Setiap keputusan yang diambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Coaching dan pengambilan keputusan
      Proses pengambilan keputusan memerlukan ketrampilan komunikasi yang baik yang harus dikuasai oleh guru. Sesuai dengan Pratap Triloka ketrampilan komunikasi yang dimaksud  adalah ketrampilan komunikasi yang positif yang bisa menekankan pada kekuatan Tut Wuri Handayani. Ketrampilan komunikasi yang positif bisa dilakukan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan sudah tepat, masuk akal serta bertanggung jawab guru dapat mengujinya dengan menggunakan salah satu model coaching yakni model TIRTA. Model TIRTA terdiri atas empat langkah, yakni  menentukanTujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. Dalam prakteknya model TIRTA ini dapat dikombinasikan dengan 9 langkah pengambilan keputusan dalam modul 3.1.