Ini gelap, begitu sunyi. Ini sudah hari kesekian sejak irama detak jantung menjadi suara tunggal yang menemani. Oh tidak aku lupa, bukan suara tunggal, ada suara kipas angin yang turut berkolaborasi. Di sepetak kamar kecil, tubuh ini sudah begitu lama rebah. Isak tangis pun sudah berhenti menghujam.
Rasa-rasanya ini mulai tak benar, seluruh tubuh ku terasa mulai kaku. Dengan susah payah aku bangkit, membuka jendela dan menikmati hembusan angina, melihat cahaya yang begitu terang menyilaukan pandangan. Aku akan berlari, dan terus berlari hingga nanti aku sampai pada tujuan dari pelarian ku.
PATAH HATI
Aku seseorang yang sedang patah hati, bukan seorang penulis yang handal. Tapi aku ingin semua orang dapat berimajinasi bahwa mereka adalah tokoh utama dalam petualangan hidupnya, karena alasan itu lah aku menulis tentang kisah patah hati yang cukup membekas ini.
FLASH BACK
Singkatnya dalam ruang dan waktu yang tertinggal di masa lalu kami dipertemukan melalui teman baikku, yg juga ternyata adalah teman baiknya. Perkenalan singkat itu dimulai melalui fitur di Whats App Lalu waktu berselang kami berkesempatan untuk bertemu dan mulai menjalin komunikasi yang cukup intens. Rasanya setiap malam seperti berlayar di belahan dunia lain, dia dapat menyajikan cerita-cerita indah dari berbagai penjuru dunia. Entah lah aku begitu terpesona akan seluruh pengetahuan yang dia miliki.
Dalam beberapa kesempatan dia selalu membuat ku tersipu malu. Sepanjang perjalanan aku berusaha untuk menetralkan ekspresi wajahku, Ah sialnya ini begitu susah !!! Aku berusaha untuk tidak tersenyum, tapi aku takut dia mengira aku tak menikmati perjalanan ini. Dia selalu mampu membuat ku tersipu, kelu dan kebingungan. Ntah lah semua kisah dalam cerita ini memang hanya tentang DIA...
Di suatu cafe kami menghabiskan waktu untuk sekedar bertukar cerita tentang keraguannya terhadap Tuhan, lalu memainkan pemainan yang cukup kekanak-kanakan sambil memberi hukuman terhadap yang kalah. Hari mulai gelap, dan kami memutuskan untuk menikmati jajanan jalanan. Aku menikmatinya sungguh menikmati semua kisah yang ku lalui dengannya. Dia hadir di tengah kisah masa lalu ku yang belum lama kandas, dia mampu memberikan warna baru dalam setiap langkah ku.
Sial, pertemuan selanjutnya ini benar-benar jebakan. Dia mengeluh tentang tangannya yang sakit digigit anjing. Ya aku terpaksa datang untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Oh tidak, aku mencoba berbohong pada cerita singkat ini, aku tidak terpaksa datang, aku datang dengan senang hati, hahahahaha. Entahlah bingung harus ku gambarkan bagaimana, intinya dia bersikeras untuk tidak jadi ke rumah sakit dan kami menghabiskan waktu di cafe yang sama seperti sebelumnya. Aku benar-benar salah tingkah, aku berusaha sekuat tenaga menahannya. Sial, dia selalu saja menatap ku kala berbincang !!!
Hari-hari berlalu dengan cepat. Aku menunggunya sangat lama di salah satu mall, kami memiliki janji untuk nonton bioskop. Dia terlambat, benar-benar terlambat Aku tidak mendebatnya lagi, bagaimana mungkin aku mendebatnya, sementara ku lihat dia datang dengan keringat yang bercucuran. Kami menghabiskan waktu di bioskop, dengan film yang ternyata tidak begitu menarik. Aku meyakini bahwa dia tidak menikmatinya, entahlah aku hanya menduga saja, sementara aku ? aku tetap menikmati filmnya karena dia ada di samping ku hahahaha..... Tak lama kami mencari tempat untuk menikmati bekal yang aku bawa. Aku benar-benar kaget, aku tak menduganya melihat dia menyodorkan sendok itu pada mulut ku. Seperti tersambar petir di siang bolong, lagi-lagi aku salah tingkah.... Srtelah itu, aku mencoba merayunya untuk meminta maaf kepada ku karena keterlambatannya. Tapi ini nampaknya sangat tak mungkin, dia orang yang benar-benar susah untuk mengatakan maaf. Alasannya? "Jika begitu gampang mengatakan maaf maka akan gampang pula mengulangi kesalahan yang sama" itu yang dia bilang.
Setelah pertemuan terakhir itu, kami tidak pernah bertemu, karena kesibukannya. Kami hanya berkomunikasi melalui benda pipih yang selalu ada dalam genggaman. Sampai suatu ketika selama beberapa hari dia tak lagi memberiku kabar dan tiba-tiba notifikasi namanya muncul, dengan pesan "Maaf". Aku mempertanyakannya, aku sungguh mempertanyakan maksudnya, bagaimana mungkin orang yang sangat susah mengatakan kata maaf tiba-tiba saja mengirimkan pesan itu. Tapi tak pernah ada balasan darinya yang mampu menjawab semua tanda tanya yang muncul dalam benak ku. Aku memberinya waktu, aku tak mendebatnya, aku pikir dia sedang dalam masalah yang cukup berat dan meminta maaf karena tak bisa memberi kabar selama beberapa hari.
Aku mulai kembali kegirangan saat dia bilang jika ada waktu mari bertemu. Setelah menentukan hari untuk bertemu, dalam perjalanan yang cukup melelahkan untuk mendatanginya, tiba-tiba di tengah perjalanan dia membatalkannya. Aku menangis, aku benar-benar menangis, dia tak menganggap waktu yang ku luangkan ini begitu penting. Aku tak mendebatnya, benar-benar tak ada lagi penjelasan atas semua yang terjadi. Dia menghilang sejak saat itu, benar-benar sudah menghilang. Aku menangisinya dalam waktu yang cukup lama dan terus mengingat semua kisah singkat yang pernah dia suguhkan.
Pada malam panjang, ketika aku masih terus saja berselimut ratapan, terhujam akan semua kenangan indah, dia datang, memberi penjelasan. Alasan yang sangat tak masuk akal, dia bilang "Aku tak bisa keimanan ku di interupsi". Tak habis fikir aku, ku selesaikan saja percakapan itu dan berusaha menerima alasan buruk ini.
Ternyata dunia mempersulit orang dewasa untuk berpegang pada keinginan mereka. Realitas menciptakan jarak antara aku dan dia. Aku menyalahkannya, aku benar-benar menyalahkannya pada awal terjadi. Sampai kesadaran ku kembali, aku tak menyalahkan siapapun lagi, terima saja apa adanya, menyalahkannya pun tak akan membuat ku merasa lebih baik. Pada akhirnya kita harus memutuskan, mau menanam bunga atau ratapan tangis. Ya, kita boleh berhitung soal apapun, tapi tidak dengan takdir. Bagiku, dunia hanyalah salah satu bentuk kemungkinan matematika yang tidak terbatas.
Sekarang, seluruh kehidupan ku ada dalam genggaman ku, jadi tidak ada seorangpun yang boleh menghancurkan ataupun merubah rentetannya.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H