Mohon tunggu...
Herni Fitriand
Herni Fitriand Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Diponegoro

Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dengan Modal Nol Rupiah, Mahasiswa KKN Undip Ajari Masyarakat Desa Agungmulyo Membuat Kontainer Komposter Sederhana

7 Agustus 2020   18:09 Diperbarui: 7 Agustus 2020   18:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap aktivitas rumah tangga akan menghasilkan sampah, khususnya sampah organik sisa dapur. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa sebesar 60% sampah yang ada di TPA merupakan sampah organik.

Sampah tersebut akan tertimbun tanpa oksigen (anaerob) sehingga menghasilkan gas metana yang dalam jumlah besar akan menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global.

Sampah organik yang dibiarkan dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan bau kurang sedap. "sebaliknya, sampah organik dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berguna jika dilakukan pengelolaan secara tepat", kata mahasiswa KKN Tim II Undip 2020, Herni Fitriand, Sabtu (02/08/2020).

Dengan beberapa permasalahan tersebut, Herni berinisiatif memberikan pelatihan pembuatan kompos organik dengan metode kontainer komposter. Senin (27/07/2020), Herni melakukan simulasi pemuatan kompos terlebih dahulu sebelum dilakukan pelatihan bersama masyarakat. Metode yang digunakan adalah yang paling sederhana dan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun.

Alat yang dibutuhkan adalah kontainer plastik bekas dan sekop atau alat untuk mengaduk. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sampah organik, sampah daun kering, media tanam bekas dan air cucian beras yang sudah dibiarkan selama berhari -- hari.

Untuk sampah organik tidak dianjurkan menggunakan sisa daging hewani, duri atau tulang ikan, susu basi, lemak, dan keju. Alasannya sampah organik jenis tersebut akan menarik lalat sehingga dapat menimbulkan belatung.

Cara pembuatannya yaitu dengan memasukan sekitar 6 sekop tanah atau media tanam bekas ke dalam kontainer. Selanjutnya sampah organik dimasukkan dan diaduk -- aduk mengunakan sekop. Kemudian masukkan air cucian beras agar suasana dalam kontainer lebih lembab sehingga mempercepat penguraian.

Jika dirasa keadaan kompos terlalu basah, masukkan sampah daun kering untuk penyeimbang kelembapan. selanjutnya masukkan media tanam bekas lagi untuk menutup sampah -- sampah yang ada di dalamnya. Langkah terakhir adalah menutup seadanya dengan kardus atau plastik. 

Dalam satu minggu sejak pembatan kompos, beberapa sampah di komposter sudah terurai dengan sempurna dan berubah menjadi tanah. Dalam satu minggu tersebut dilakukan monitoring kompos dengan pemberian air cucian beras setiap hari untuk mempercepat penguraian

dok. pribadi
dok. pribadi
Sabtu (02/08/2020), Herni melakukan pelatihan bersama masyarakat di kediaman Ibu Sulastri. Pelatihan ini dilakukan praktik langsung dan pemberian poster berisi tutorial pembuatan kontainer komposter. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan secara daring dan door to door.

Menurut Herni, program ini disambut antusias dengan masyarakat. masyarakat mengaku jika selama ini sampah organik yang dihasilkan terbuang begitu saja bahkan dihinggapi lalat. "metode ini sangat sederhana dan mudah untuk diaplikasikan, dengan memanfaatkannya menjadi kompos akan lebih berguna untuk menanam sayur," kata salah satu peserta pelatihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun