Tribun Kaltim (3/10) “Inflasi sebesar 0,01 persen pada bulan September 2012 ini merupakan angka terendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (BPS). Sementara penyumbang utama inflasi terbesar adalah sektor sandang sebesar 1,47 persen. Kemudian diikuti oleh sektor pendidikan, olahraga dan rekreasi sebesar 1,07 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan menyumbang deflasi karena jumlahnya yang masih memadai.”
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="source : arrahmah.com"][/caption]
Salam hormat kompasianers sekalian, pada tulisan kali ini saya hendak membahas masalah inflasi dan dunia pendidikan kita. Walaupun inflasi yang terjadi pada September 2012 ini dapat dikatakan rendah, alangkah menariknya jika melihat penyebab terjadinya inflasi tersebut. Sektor pendidikan termasuk dalam faktor penyumbang terjadinya inflasi. Nah, kira-kira apa yang menjadi penyebabnya ?
***
Sekilas Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga umum dari barang dan jasa yang ada pada suatu daerah (Samuelson dan Nordhaus, 1997). Jika kenaikan harga terjadi hanya pada satu atau dua barang saja, maka hal ini tidak dapat dikatakan sebagai sebuah inflasi. Selain itu, kenaikan harga musiman akibat momen-momen penting seperti pada saat menjelang lebaran atau tahun baru pun bukan merupakan sebuah inflasi.
Boediono (1994) berpendapat bahwa penyebab awal terjadinya inflasi dapat dikategorikan menjadi 2 hal. Pertama adalah Demand Inflation, inflasi yang diakibatkan oleh permintaan yang berlebih dari masyarakat terhadap barang atau jasa di suatu daerah.
Kemudian yang kedua adalah Cost Inflation, inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi atau biaya operasional. Pada kenyataannya, inflasi terjadi karena kombinasi 2 hal tersebut. Jarang ditemui inflasi yang murni disebabkan oleh salah satu penyebab diatas.
***
Pandangan Penulis
Jika dikaitkan dengan teori penyebab inflasi yang telah dijabarkan, pendidikan menyumbang inflasi akibat terjadinya kenaikan biaya operasional (pendidikan). Saya rasa laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pun cukup berimbang dengan jumlah sarana pendidikan (sekolah) yang tersedia. Sehingga biaya pendidikan yang naik (dari SD hingga Perguruan Tinggi) menyebabkan terjadinya Cost Inflation.
Beberapa pihak berpendapat bahwa kenaikan biaya pendidikan (misalnya spp kuliah) merupakan suatu bentuk “komersialisasi” di sektor pendidikan. Akibatnya, tidak sedikit mahasiswa yang kontra akan hal ini.
Nah, di sisi lain kenaikan biaya pendidikan kabarnya digunakan untuk “mendongkrak” mutu pendidikan yang sudah ada. Pengadaan alat belajar-mengajar dan pengembangan infrastruktur baru menjadi alasannya.
Pro dan kontra terhadap kenaikan biaya pendidikan menjadi wajar adanya. Taraf perekonomian masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan terjadinya polemik ini. Bagi mereka yang berkecukupan, kenaikan biaya pendidikan tidak menjadi suatu masalah yang serius.
Namun bagi mereka yang kekurangan, kenaikan biaya pendidikan ini adalah suatu hal yang krusial. Banyak beasiswa pendidikan yang ada bagi mereka, tetapi pada prakteknya banyak pula beasiswa yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, jalan terakhir bagi mereka adalah bersikap kontra terhadap kenaikan biaya tersebut.