Lalu, implementasinya bagaimana?. Berikut ini cara praktis untuk diterapkan sehari-hari.
1. Autodebet
Agar memudahkan untuk alokasi dana, kita bisa menggunakan fasilitas autodebet di bank. kita perlu membuka minimal 2 rekening baru untuk menampung dana yang kita autodebet dari tabungan. Misal rekening A untuk investasi aman, dan rekening B untuk dana cadangan darurat dan Investasi Tumbuh.
Selanjutnya kita perlu pikirkan instrumen investasi apa yang akan kita ambil. Jadi setelah terkumpul, dana yang ada direkening A dan B tadi harus kita belikan instrumen yang sesuai. Karena rekening A dan B tadi biasanya adalah tabungan yang imbal hasilnya sangat kecil.
Untuk kebutuhan hidup juga perlu kita pasang fasilitas autodebet ini. Misal uang belanja bisa kita autodebetkan ke rekening istri.
2. Instrumen Investasi
Untuk investasi aman, prioritas kriterianya adalah zero risk, kalaupun ada sangatlah kecil dan tidak harus likuid karena memang tidak kita rencanakan untuk diambil. Untuk jangka panjang kita bisa tempatkan dengan urutan properti, emas baru deposito. Pandai-pandainya kita memilih investasi apa yang pas pada waktu itu.
Untuk investasi tumbuh, prioritas kriterianya adalah memberikan hasil yang besar (diatas bunga deposito) meskipun resikonya juga besar. Untuk yang konservatif, dana yang ada bisa kita belikan franchise, saham blue chip dsb. Untuk yang berani, alternatifnya buka bisnis, main saham, dsb.
Untuk cadangan darurat, kita utamakan yang likuid, seperti emas atau deposito.
Jadi kita tinggal ambil dana dari rekening A atau B kemudian kita belikan instrumen ini. Jangan lupa kita catat terlebih dahulu mana yang masuk investasi aman mana yang masuk investasi tumbuh, mana yang dana darurat. Selanjutnya kita tinggal fokus pada membesarkan passive income yang kendaraanya bisa bisnis, properti dan paper asset.
3. Asuransi