Mohon tunggu...
Eko Hermonsyah Juhasmon
Eko Hermonsyah Juhasmon Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Certified Financial Planner @logika.uang | Value Investor @logika.saham | Central Banker @Bank Indonesia | Alumni MSPE UIUC and TI ITB

Berbagi tentang financial planning, investasi saham (value investing), ekonomi, buku dan topik lainnya :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

I Write, Therefore I exist

30 September 2014   01:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menulis buat saya adalah hal yang penting dalam hidup. Tulisan adalah buah pikiran. Seperti yang dikatakan Descartes "I think, therefore i exist". Pikiran adalah bukti eksistensi kita. Oleh karena itu dengan tulisan maka itu bukti nyata eksistensi kita.

"I write, Therefore I exist"


Menulis juga banyak manfaatnya. Menulis membuat kita berlatih berpikir secara terstruktur. Menulis tidak seperti berbicara dimana cenderung spontan. Tulisan yang mudah dipahami biasanya terstruktur dengan baik. Pembukaan, isi, dan diakhiri dengan penutup, haruslah disiapkan dengan baik. Selain melatih pikiran untuk lebih terstruktur, menulis juga melatih daya ingat kita. Semakin sering menulis maka biasanya kita akan lebih berusaha untuk mengingat sesuatu yang menarik, dan nantinya akan kita tuliskan. Selain itu, dalam proses belajar, dengan menuliskan apa yang baru saja kita pelajari dengan bahasa kita sendiri, maka memudahkan kita untuk mengingat apa yang baru kita pelajari tadi.

Menulis juga melatih kita mengkomunikasikan sesuatu dengan lebih baik sehingga mudah dipahami orang lain. Sepandai apapun seseorang, tapi tidak bisa mengkomunikasikan dengan baik, maka kepandaian tersebut menjadi tidak bermanfaat untuk orang lain.

Terkait masalah eksistensi, saya ingat teman kuliah saya dulu pernah mengatakan seperti ini. Bila kita ingin dikenal seumur hidup maka tulislah buku. Saya sangat setuju dengan pernyataannya. Buku adalah sebuah legacy yang sangat berharga. Dalam kepercayaan saya, ada 3 amalan yang akan terus menghasilkan pahala meskipun seseorang sudah meninggal, yaitu anak yang soleh, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat. Bayangkan apabila kita membuat buku yang bermanfaat dan terus dibaca orang sampai bertahun-tahun meski kita sudah meninggal, maka pahalanya akan terus mengalir selama ada orang yang membaca buku kita.

Menulis juga dapat digunakan untuk terapi kejiwaan. Dengan menyalurkan beban pikiran melalui tulisan biasanya kita akan lebih "fresh" seperti halnya kita curhat dengan orang lain. Bedanya kali ini kita curhat dengan diri kita sendiri dengan media tulisan.

Sebenarnya masih banyak lagi manfaat menulis baik untuk pikiran, psikologis maupun ekonomis (menjual tulisan melalui buku atau artikel) dan lainnya. Inilah yang membuat saya memaksakan diri untuk terus menulis. Semakin banyak jam terbang, maka semakin mudah kita untuk menulis dan semakin baik hasil tulisan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun