Mohon tunggu...
Hermiwati
Hermiwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language Student

Coretan Sederhanaku📝

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Ikhlas Meski Air Mata Terkuras

14 November 2024   13:08 Diperbarui: 14 November 2024   13:13 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikhlas itu sebuah kata yang terdengar sederhana, namun maknanya begitu dalam dan luas. Ia bukan hanya tentang menerima sesuatu dengan lapang dada, tetapi juga tentang melepaskan hal-hal yang paling sulit dalam hidup dengan sepenuh hati. Dalam perjalanan hidup, ikhlas sering kali diwarnai oleh air mata dan luka yang dalam. Namun, di balik itu semua, ikhlas adalah kekuatan tersembunyi yang mampu membangkitkan jiwa. 

Apa Itu Ikhlas?

Ikhlas berasal dari bahasa Arab yang berarti “murni” atau “tulus.” Ikhlas adalah melakukan sesuatu semata-mata karena Allah tanpa pamrih, tanpa keinginan dipuji, dan tanpa harapan balasan dari manusia. Secara umum, ikhlas juga berarti menerima dan mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik yang indah maupun yang menyakitkan. Ikhlas bukan berarti pasrah tanpa berbuat apa-apa, melainkan memilih untuk berlapang dada menghadapi kenyataan hidup dengan keberanian dan kesadaran. Dalam pandangan Islam, ikhlas adalah salah satu pilar utama dalam menjalani kehidupan dan ibadah. Dalam Al-Qur’an dan hadits, banyak sekali ajaran yang menekankan pentingnya keikhlasan, baik dalam niat maupun perbuatan. Keikhlasan dianggap sebagai tanda ketaatan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dan menjadi dasar diterimanya segala amal ibadah serta kebaikan yang kita lakukan.

Mengapa Belajar Ikhlas Itu Sulit?

Melepaskan sesuatu yang kita inginkan atau seseorang yang kita sayangi bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika hal tersebut memiliki kenangan dan harapan yang besar. Ketika kita menghadapi rasa sakit, kehilangan, atau kekecewaan, alam bawah sadar kita cenderung ingin mempertahankan atau mencari penjelasan. Proses ini tidak hanya menguras energi, tetapi juga bisa membuat hati kita terasa berat dan sesak. Meski demikian, belajar ikhlas adalah pilihan yang perlu dilakukan agar hidup menjadi lebih damai. Di sinilah ikhlas berperan sebagai “obat hati.” Dengan belajar ikhlas, kita melepaskan beban pikiran yang selama ini menghantui. Air mata yang mengalir bukanlah tanda kelemahan, melainkan proses penyucian diri. Setiap tetesan air mata yang jatuh menjadi saksi perjuangan hati untuk menerima kenyataan yang kadang tak sejalan dengan harapan. Adapun di dalam Islam terdapat keutamaan dalam ikhlas yaitu keikhlasan menjadikan hati seseorang lebih kuat dan tahan terhadap godaan atau kesulitan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, tidak pula kepada harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). Dalam pandangan Islam, hati yang ikhlas adalah hati yang selamat, bebas dari keinginan duniawi dan godaan untuk memperlihatkan diri. Orang yang ikhlas akan selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT dan dijauhkan dari keburukan-keburukan.

Warta sulse
Warta sulse

Proses Belajar Ikhlas

1. Penerimaan

 Langkah pertama dalam belajar ikhlas adalah menerima kenyataan. Terimalah bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan. Penerimaan ini adalah bentuk keberanian untuk mengakui bahwa kita tidak selalu bisa mengontrol segala sesuatu. Dengan menerima, kita memberi ruang pada hati untuk beristirahat dari pergulatan yang tak perlu. Sebagaimana dalam Islam, menerima dengan ikhlas sesuatu atau takdir yang telah ditetapkan Allah SWT adalah bentuk kepasrahan dan penyerahan diri yang sejati. Dalam Islam, keyakinan kepada takdir, atau qada dan qadar adalah salah satu rukun iman. Dengan menerima segala takdir yang telah digariskan oleh Allah, baik berupa kebahagiaan maupun kesedihan, seorang muslim menunjukkan bukti ketulusan dan kerendahan hatinya di hadapan Allah. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”. Ayat ini menjadi penguat bagi kita untuk ikhlas dalam menghadapi cobaan hidup, karena setiap ujian pasti sesuai dengan kemampuan kita. Allah tahu batas kesanggupan hamba-Nya dan tak akan menguji di luar kemampuan mereka. Dengan ikhlas menerima ketetapan-Nya, kita sebenarnya sedang belajar untuk semakin percaya pada kebijaksanaan Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Pengasih.

2. Melepas dengan Hati Lapang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun