Mohon tunggu...
hermina ayu
hermina ayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa/Mahasiswa

Halo, saya merupakan mahasiswa disalah satu kampus swasta dijogjakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam Kepemimpinan Pendidikan Modern

27 Desember 2024   10:21 Diperbarui: 27 Desember 2024   09:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Focus Group Discusion (Sumber : Take Pribadi) 

Focus Group Discussion (FGD) bertema “Relevansi Filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam Kepemimpinan Pendidikan Modern” diselenggarakan pada pukul 09.00–12.00 WIB di Meeting Room Resto dan secara daring melalui Zoom. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh pendidikan, seperti Endhi Hermina Ayu, Dr. Andi Kurniawan, M.M, Atik Rohmaniyati, M.M, Haryadi Dwi Putranto, M.M, dan Ahmad Mutokhir, A.Md. Diskusi berfokus pada penerapan nilai-nilai Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (pemimpin sebagai teladan), Ing Madyo Mangun Karso (pemimpin yang menginspirasi), dan Tut Wuri Handayani (pemimpin yang memberikan dukungan), dalam menjawab tantangan kepemimpinan pendidikan di era digital.

Para peserta sepakat bahwa filosofi Ki Hadjar Dewantara tetap relevan dalam membangun budaya organisasi yang berorientasi pada pengembangan potensi individu di era modern, khususnya dalam konteks sekolah penerbangan. “Filosofi ini memberikan kerangka kerja yang sangat relevan bagi pemimpin pendidikan saat ini, terutama untuk menciptakan harmoni antara inovasi modern dan nilai budaya lokal,” ujar Dr. Andi Kurniawan. Namun, tantangan seperti kesenjangan antara teknologi dan pelestarian budaya lokal, kurangnya pemahaman terhadap penerapan nilai-nilai tersebut, serta persaingan global yang semakin ketat menjadi perhatian utama. Menanggapi hal ini, Atik Rohmaniyati menambahkan, “Di lingkungan sekolah penerbangan, menjaga identitas budaya lokal sambil mengintegrasikan standar internasional adalah kunci daya saing.”

Dalam konteks sekolah penerbangan, filosofi Ing Ngarso Sung Tulodo diterapkan dengan memberikan contoh kepemimpinan langsung yang mengutamakan kedisiplinan dan profesionalisme, sebagaimana dituntut dalam industri penerbangan. “Pemimpin harus menunjukkan teladan nyata, terutama dalam hal etika kerja dan kedisiplinan, karena ini adalah fondasi yang dicari industri penerbangan,” ungkap Haryadi Dwi Putranto. Sementara itu, semangat Ing Madyo Mangun Karso diwujudkan melalui pembelajaran kolaboratif antara instruktur, siswa, dan staf pendukung, untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan mendukung inovasi. Ahmad Mutokhir menambahkan, “Melibatkan semua pihak, dari siswa hingga instruktur, dalam proses pengembangan pendidikan akan menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia penerbangan.”

Diskusi juga menyoroti bagaimana prinsip Tut Wuri Handayani menjadi landasan dalam mendukung siswa untuk mengembangkan potensi maksimal mereka. “Dalam sekolah penerbangan, siswa harus merasa didukung baik secara akademik maupun emosional untuk bisa mencapai standar tinggi yang dituntut,” kata Endhi Hermina Ayu. Sistem pendampingan yang adaptif, baik dalam bentuk mentoring maupun evaluasi berkala, menjadi salah satu rekomendasi utama untuk memastikan keberhasilan strategi ini.

Rekomendasi lain yang dihasilkan mencakup integrasi nilai-nilai Ki Hadjar Dewantara dalam kurikulum dan kegiatan sekolah penerbangan, penyelenggaraan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga pendidik untuk memahami filosofi ini, serta kolaborasi aktif dengan komunitas penerbangan dan masyarakat lokal. Peserta optimistis bahwa dalam tiga hingga lima tahun mendatang, penerapan filosofi ini akan memperkuat karakter unik Sekolah Jogja Flight Indonesia sebagai lembaga pendidikan berbasis budaya lokal yang mampu bersaing di tingkat global. “Ini adalah peluang besar bagi sekolah penerbangan untuk menjadi model pendidikan yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan karakter berdasarkan nilai-nilai lokal,” pungkas Dr. Andi Kurniawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun