Mohon tunggu...
Herma Yuspita
Herma Yuspita Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru Bahasa Indonesia di SMP

Suka membaca, terutama buku-buku fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aksi Nyata Modul 1.4 Pentingnya Restitusi dalam Penerapan Budaya Positif di Sekolah

24 Agustus 2024   01:10 Diperbarui: 24 Agustus 2024   01:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya positif di sekolah merupakan fondasi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, inklusif, dan mendukung perkembangan murid secara holistik. Penerapan budaya ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga untuk membentuk karakter, etika, dan keterampilan sosial murid.


Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku murid agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan. Perwujudannya, guru sering memberikan hukuman kepada murid yang melakukan kesalahan dan memberikan imbalan terhadap perbuatan baik yang dilakukan murid.


Penerapan budaya positif di sekolah bukan hanya soal menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, tetapi juga tentang bagaimana menangani kesalahan dan pelanggaran yang terjadi dengan cara yang mendidik dan konstruktif. Salah satu pendekatan yang efektif dalam hal ini adalah dengan menerapkan tahapan restitusi. Restitusi adalah sebuah pendekatan untuk memperbaiki kesalahan dengan tujuan mengembalikan hubungan dan memperbaiki perilaku, bukan sekadar memberikan hukuman. Berikut adalah pembahasan tentang pentingnya tahapan restitusi dalam penerapan budaya positif di sekolah.

1.Mengembangkan Tanggung Jawab Murid
Restitusi membantu murid untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Bukan hanya menerima hukuman, tapi murid diajak untuk memahami dampak dari perbuatannya dan memperbaiki kesalahan tersebut. Proses ini melibatkan pengakuan kesalahan, memahami bagaimana tindakan tersebut memengaruhi orang lain, dan kemudian melakukan tindakan perbaikan yang sesuai. Dengan demikian, murid belajar untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.

2.Memperkuat Hubungan Antara Murid dan Guru
Tahapan restitusi fokus pada pemulihan hubungan yang mungkin rusak akibat pelanggaran atau konflik. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu murid mengidentifikasi kesalahan mereka dan mencari cara untuk memperbaikinya. Pendekatan ini menciptakan suasana saling percaya dan hormat antara murid dan guru, yang merupakan fondasi penting bagi budaya positif di sekolah.

3.Mengajarkan Empati dan Pemahaman Sosial
Dalam proses restitusi, murid diajak untuk merenungkan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain. Mereka belajar untuk melihat situasi dari perspektif orang lain dan memahami perasaan serta dampak yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka. Ini adalah pelajaran penting dalam mengembangkan empati, yang merupakan salah satu nilai inti dari budaya positif.

4.Mendorong Pembelajaran dari Kesalahan
Restitusi memungkinkan murid untuk melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Dengan pendekatan ini, kesalahan diperlakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran, di mana murid dapat mengevaluasi tindakan mereka dan berupaya untuk melakukan perbaikan. Ini membangun sikap positif terhadap tantangan dan kesulitan, serta meningkatkan ketahanan emosional murid.

5.Mencegah Pengulangan Pelanggaran
Dengan mengajarkan murid untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memperbaiki kesalahan, restitusi dapat mencegah pengulangan pelanggaran yang sama di masa depan. Ketika murid merasa terlibat dalam proses pemulihan dan melihat hasil dari usaha mereka dalam memperbaiki kesalahan, mereka cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan di kemudian hari. Hal ini membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan harmonis.

6.Mendukung Pertumbuhan Karakter Murid
Restitusi tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki kesalahan, tetapi juga untuk membentuk karakter murid. Melalui proses ini, murid belajar tentang integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan kerja sama. Nilai-nilai ini menjadi bagian dari diri mereka dan mempengaruhi perilaku mereka di dalam dan luar sekolah. Restitusi, dengan demikian, berkontribusi pada pengembangan pribadi yang utuh dan seimbang.

7.Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif dan Inklusif
Tahapan restitusi membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih inklusif, di mana kesalahan tidak dihakimi secara berlebihan, tetapi dijadikan sebagai kesempatan untuk tumbuh. Ini menumbuhkan rasa aman di kalangan murid, sehingga mereka merasa nyaman untuk belajar, berekspresi, dan berinteraksi dengan sesama. Lingkungan yang positif ini merupakan kunci dalam menciptakan budaya sekolah yang mendukung pencapaian akademik dan perkembangan karakter.

Kesimpulan
Tahapan restitusi merupakan elemen penting dalam penerapan budaya positif di sekolah. Dengan fokus pada pemulihan, tanggung jawab, dan pembelajaran dari kesalahan, restitusi memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menangani pelanggaran dengan cara yang mendidik dan konstruktif. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengatasi masalah perilaku, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter murid yang lebih baik. Dengan menerapkan restitusi, sekolah dapat membangun lingkungan yang lebih harmonis, inklusif, dan mendukung perkembangan setiap murid secara menyeluruh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun