Lombok Timur-Istiqomah dala menunaikan suatu pekerjaan amal jariah dan ibadah syarii lainnya bukanlah perkara mudah untuk tetap ditegakkan, kecuali bagi orang-orang yang memiliki komitmen kuat untuk tetap melakukannya
Semangat Istiqomah Karakter dan keteladanan kebiasaan tersebut ternyata ada pada sosok anggota DPR RI Dapil NTB, H Rachmat Hidayat dan ini perlu dicontoh bagai siapapun.
Bayangkan siapapun dia entah koleganya, temannya, temen akrab, karib sahabat tanpa memandang status sosialnya tetap ia bangunkan di sepertiga malam untuk bersujud dan menunaikan ibadah mendekatkan diri pada sang Khalik.
Sekali lagi  istiqamah yang dimiliki H Rachmat Hidayat jarang dimiliki banyak orang, terutama bagi pejabat publik. Dalam interaksi yang bersifat politik juga, sifat istiqamah amat perlu.
Hendaknya banyak berguru ilmu istiqamah kepada J Rachmat Hidayat. Ini yang sulit dilakukan banyak orang. Makanya pantas semua hajat tokoh politik BTB ini selalu diijabah oleh Allah SWT. Wajar empat periode DPR RI. Orang-orang bertaqwa akan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT.
Tokoh agama Lombok Timur, TGH Najamudin  juga menilai figur H. Rachmat Hidayat sebagai pribadi yang tak memiliki dendam. Padahal, setiap hari, berinteraksi dengan pejabat, sejawat politisi yang sebetulnya rentan munculnya friksi.
"Di usianya yang telah menginjak 74 tahun, H. Rachmat Hidayat masih istiqamah menebar kebaikan, berbuat untuk ummat dan kemajuan daerah," ujar mantan Ketua DPW PKB NTB ini.
Dalam praktiknya berinteraksi dengan masyarakat, memang benar Rachmat Hidayat selalu membuktikan omongan dan perkataannya dengan perbuatan. Suatu waktu tokoh politik dan orang dekat Megawati Soekarno Putri ini menyatakan, suri tauladan bahwa orang baik akan juga membawa banyak kebaikan untuk orang lain.
Kehadiran Rachmat Hidayat di Ponpes milik TGH Muhsin Badri guna menunaikan janji dan perkataannya untuk selalu bersyukur.
Dalam kesempatan Rachmat Hidayat sendiri banyak berkisah perihal kehidupan pribadinya. Terutama perjalanan hidup yang membawanya sampai duduk selama empat kali di Senayan. Jemaah banyak belajar dari suka duka kehidupan yang dijalaninya.