Ada berapa banyak yang manusia alami dalam perjalanan hidupnya. Satu diantaranya adalah ketidak pastian alias keraguan dalam hal meminta sesuatu. Seperti halnya tadi pagi saat penulis melihat sebuah tayangan lewat layar kaca. Seorang kakek yang berjualan es keliling kampung. Sebelum berangkat berjualan, dia berdoa agar hari ini dapat uang untuk biaya berobat isterinya yang sedang sakit.
Di depan sebuah musholla, dia berhenti sambil beristirahat. Selang tidak beberapa lama, seorang pemuda datang untuk membeli es yang dia jajakan. Sambil ngobrol si pemuda menanyakan berapa yang harus dia bayar untuk dua potong es krim yang dia makan. Si Kakek penjual es krim menjawab, cukup sepuluh ribu saja.
Tanpa ragu si pemuda mengeluarkan uang dari saku celananya sebanyak lima ratus ribu rupiah. Si kakek mendadak terperanjat dan tidak percaya apa yang ada di tangannya. Karena nilai uang yang diterima lebih dari cukup untuk membeli obat isterinya. Tadinya si Kakek sempat ragu untuk menerima. Dianggap ini hanya gurauan saja. Tetapi saat si pemuda memaksa barulah si Kakek percaya apa yang dilihatnya. Dan sambil mengucap syukur, si Kakek sampai bersujud di tanah.
Demikianlah irama kehidupan. Saat meminta dengan kesungguhan hati kepada Yang Maha Kuasa, tidak semua percaya akan jawaban yang Tuhan berikan. Bahkan yang timbul sepersekian detik adalah keraguan. Wujud kepercayaan akan mujizat yang diterima seakan luntur oleh ketidakpercayaan sesaat. Beberapa banyak kita pernah mengalami keraguan saat diperhadapkan dengan suatu hal, sekalipun kita sudah berdoa siang malam tanpa henti. Pernah mengalami ?
Seperti halnya saat menunggu hasil pengumuman lulus dan lolos tidaknya anak penulis yang akan study S3 di Sydney dengan beasiswa dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan RI, sepanjang tanggal sepuluh Juni tahun kemarin. Ada keraguan yang muncul tiba-tiba, karena sampai tengah malam, LPDP belum mengeluarkan pengumunan secara resmi, dengan alasan servernya bermasalah.
Rasanya keraguan yang timbul menjadi manusiawi sekali. Seperti kisah nyata di atas. Tidak untuk membandingkan, tetapi pada kenyataan itu yang acapkali terjadi. Bahkan sekelas Tomas yang nota bene murid Yesus yang terus bersama dengan-NYA, tiba-tiba bisa muncul keraguan. Sesuatu yang rasanya aneh, kalau kita membaca kisahnya. Karena ada tertulis, Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan taruhlah ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah”
Menjadikannya sebuah alasan, setelah kebangkitan-NYA, Tomas tidak hadir ketika Yesus pertama kali menampakkan diri kepada para murid. Bahkan ketika para murid lain memberitahunya bahwa mereka telah melihat Yesus, Tomas meragukan dan berkata bahwa ia hanya akan percaya jika ia bisa melihat dan menyentuh luka-luka Yesus sendiri.
Bukan suatu hal yang sulit, saat Yesus mengundang Tomas untuk menyentuh luka-luka-Nya, untuk menunjukkan kebaikan dan pengertian Yesus terhadap keraguan yang timbul dari murid-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa DIA tidak mengabaikan keraguan kita, tetapi Dia datang untuk menjawab dan menguatkan iman kita. Dan ini menjadi menarik bagaimana Tomas kemudian merespon apa yang dilakukan-NYA.