Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyuap....

30 Januari 2024   12:09 Diperbarui: 30 Januari 2024   12:09 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidvectorsanak-ayam-cacing-makan-makanan-44737

Pagi ini cuaca cukup bersahabat, setelah beberapa hari di setiap pagi cuaca mendung yang mengundang gerimis. Suhu berkisar dua puluh enam derajat, angin berhembus pelan dan sinar matahari mulai nampak bersinar. Rasanya cocok buat penulis berjalan pagi keliling perumahan dengan anjing pomerian yang berusia tiga tahun.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi lewat lima belas menit waktu Indonesia bagian barat, ketika penulis mulai melangkah dari rumah yang sudah didiami kurang lebih lima tahun. Dengan melangkah penuh harapan dan rasa optimis yang menggebu penulis mulai berjalan. Bertemu dengan beberapa tetangga yang sudah mulai berangkat ke kantor masing-masing dengan mobil yang beraneka rupa. Baik dari keluaran lama sampai dengan keluaran yang terbaru.

Di sela-sela kaki melangkah yang kesekian kalinya, ada pemandangan menarik yang penulis dapatkan, di dekat perempatan perumahan, Terlihat seorang anak balita yang berusia kurang lebih satu tahun yang sedang menikmati pagi di kereta bayinya yang didorong dan ditemani oleh seorang asisten rumah tangga. Di tangannya ada sepiring makanan yang siap disuapkan ke anak balita tersebut. Terlihat lucu saat anak balita memberontak karena tidak mau makan. Dan dengan segala cara, si asisten rumah tangga ini berusaha menyuap anak balita ini dengan cara merayu dan membujuk .

httpswww.pexels.comid-idfotoorang-makan-imut-mata-4669020
httpswww.pexels.comid-idfotoorang-makan-imut-mata-4669020

Seperti halnya minggu kemarin saat penulis dan isteri menjenguk orang tua dari seorang kawan yang dirawat di sebuah rumah sakit di Semarang. Karena kondisi tubuhnya yang mulai melemah disamping usianya yang sudah mendekati delapan puluh tiga tahun. Mau tidak mau saat jam makan, kawan penulis ini yang berusaha menyuapkan makanan agar orang tuanya tetap mendapatkan asupan yang bergizi. Sekalipun ada nutrisi yang dimasukkan lewat jarum infus.

Kata menyuap mungkin bisa saja mendadak diartikan lain dalam ajang kompetisi menjalani kehidupan yang penuh warna ini. Karena bisa saja pengertiannya menjadi berbelok. Seperti yang diterjemahkan secara nalar dari Wikipedia. Sebuah definisi dari kata menyuap atau melakukan tindakan penyuapan atau penyogokan adalah tindakan memberikan uang, barang atau dalam bentuk lain dari pembalasan dari si pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan si penerima.  

httpspixabay.comidvectorsmenyuap-korupsi-uang-menolak-7828209
httpspixabay.comidvectorsmenyuap-korupsi-uang-menolak-7828209

Mencoba menghubungkan kedua adegan di atas dengan keadaan yang biasa terjadi di sekeliling kita tanpa pandang cuaca. Entah dalam kondisi hujan lebat, panas terik, banjir bahkan sekalipun sudah ada radar yang bisa mendeteksi tindakan menyuap, masih saja ada yang melakukannya. Mungkin karena kebutuhan atau bisa jadi untuk keuntungan bersama. Entahlah.

Mendadak penulis teringat sebuah peristiwa yang benar-benar nyata di negeri khatulistiwa. Kejadian ini sudah berlangsung sekitar dua puluh tahun silam, tentu saja saat itu penulis belum memasuki masa pensiun. Ceritanya suatu kali penulis datang ke kantor kementerian di Jakarta. Karena perlu fotocopy, penulis minta tolong kepada office boy, Ditunggu hampir setengah jam, si office boy tidak kunjung nampak batang hidungnya. Padahal acara rapat hampir dimulai dan berkas fotocopy itu diperlukan.

Tiba-tiba seorang kawan dari luar daerah, membisiki penulis. Kalau mau cepat fotocopy coba kasih saja lembaran biru atau merah. Pasti segera beres bahkan nanti bakal dapat service tambahan. Kening penulis berkerut sesaat sambil berkata dalam hati, apa bener begitu ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun