Baru siang ini penulis membuka kembali komputer yang tadi pagi tiba-tiba mengalami gangguan teknis. Tampilan di layar monitor mendadak berubah dengan perintah-perintah yang membuat pagi menjadi gerah. Sekalipun tidak ada permohonan maaf, seperti kalau ada gangguan di mesin anjungan tunai mandiri. Tidak juga tertera kalimat, mohon maaf saldo anda tidak mencukupi. Aha.
Bersyukur juga siang ini, sehabis makan siang dengan lauk yang dimasak isteri, penulis mencoba membuka kembali komputer. Dan jreng ! komputer kembali tampil normal seperti tidak mengalami gejala sakit penyakit atau kena covid yang kembali merebak. Tidak perlu panggil dokter untuk dibawa menggunakan ambulans ke rumah sakit terdekat dengan biaya BPJS untuk rawat inap. Semua tampil normal dengan sejuta warna.
Mendadak juga terkaget-kaget saat buka notifikasi kompasiana dengan gambar lonceng yang tanpa tali tetapi bisa tegak berdiri. Ada beberapa saudara seperti pak Billy Steven Kaitjily, pak Syahrial dan bu Siska Fajarrany yang mengucapkan selamat kepada penulis, kalau artikel penulis masuk ke golongan Artikel Utama. Mendadak bingung , karena seingat penulis, artikel dengan judul Utang itu sudah tampil di layar seminggu yang lalu. Tepatnya pada hari Selasa tanggal lima bulan Desember tahun dua ribu dua puluh tiga.
Buat seorang penulis dengan atribut pensiunan, yang sedang mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur dan dengan tulisan lewat sudut pandang majemuk, rasanya adalah sesuatu sekali, mendapat ucapan selamat dari sesama penulis. Apalagi ini adalah tulisan pertama yang masuk headline setelah menulis sebanyak seratus tujuh puluh lima tulisan. Tidak banyak memang, dibanding kakak-kakak senior yang sudah banyak malang melintang di dunia pertulisan artikel.
Diawali dengan disemangati oleh isteri dan anak-anak yang terus memompa dengan semangat empat limanya, agar penulis mulai menulis setelah beberapa waktu menikmati masa-masa pensiun dari tugas sebagai aparatur sipil negara. Dan seingat penulis, tulisan pertama terbit di layar monitor kompasiana pada hari rabu tanggal empat bulan Januari tahun dua ribu dua puluh tiga dengan judul Sang Pencuri.
Selanjutnya ada hari-hari dimana penulis merasa penuh semangat dan sukacita larut dalam menyusun kata demi kata dalam koridor kehidupan manusia dan Tuhan-nya yang seringkali terjadi di sekeliling kehidupan yang terus berjalan. Tidak seperti yang dibayangkan layaknya air yang terus mengalir. Adakalanya tulisan ini berhenti karena penulis merasa tidak sejahtera dalam mengartikulasikan sesuatu yang menjadi pandangannya. Dan lebih lagi, rasanya penulis bukan bintang sinetron yang harus kejar tayang.
Ada yang bilang, jalanilah hidup seperti air yang mengalir. Dengan asumsi dan memegang teguh bahwa prinsip menjalani hidup bak air yang mengalir itu menampilkan jati diri dan pribadi yang matang, memiliki kepribadian bukan saja rumah pribadi, mobil pribadi ataupun uang pribadi. Tetapi juga menampilkan sosok yang enggan menyerah begitu saja dengan keadaan di sekelilingnya. Dan itu dipercayai dengan kalimat bijak. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.