Sekilas pernah membaca sebuah artikel yang sampai saat ini penulis lupa judulnya, terkait komoditas yang negeri ini impor dari luar. Kurang lebihnya mencapai lima belas jenis. Apa yang ada di benak penulis saat membaca hal tersebut, menjadikan tanda tanya, meskipun di dalam lubuk hati yang paling dalam. Mengapa begitu banyak ? Termasuk di dalamnya, komoditas beras , jagung, kedelai, sayuran sampai buah-buahan. Belum yang lain.
Padahal seingat penulis, waktu penulis masih sekolah di sekolah dasar di kota dekat pesisir pantai laut jawa, ada lagunya group Koes Plus yang berjudul Kolam Susu, yang masuk tangga lagu-lagu di masanya. Liriknya tertulis begini. Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Â
Membayangkan syair lagu itu menjadi kenyataan rasanya sah-sah saja. Karena negeri di khatulistiwa ini memang nyatanya begitu subur. Bahkan rasanya hanya dengan kail dan jala saja kita bisa hidup tujuh turunan. Apalagi masalah resesi. Rasanya jauh dari bayangan. Bisa menikmati segala hal yang bumi ini hasilkan itu bukanlah sebuah permintaan. Tetapi nyata-nyata sebuah keajaiban.
Jadi menjadi pertanyaan, kalau diibaratkan tanah negeri khatulistiwa yang kita pijak adalah tanah surga, sampai-sampai tongkat kayu dan batu bisa menjadi tanaman. Dan itu bisa menghasilkan komoditas. Mengapa jadinya malah mengimpor ? Apakah salah dalam hal menejemennya ataukah penduduk negeri ini yang terlampau padat ataukah tanah yang subur beralih fungsi menjadi belantara beton, hingga tidak ada lagi tanah yang bisa ditanami ? Entahlah.
Sebuah kejadian yang tidak pernah terlupakan saat resesi di tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan. Banyak orang yang berpikir praktis saat-saat menghadapi situasi rawan seperti kejadian di tahun itu. Mereka yang cukup banyak uang tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan kesusahan orang lain, memborong bahan makanan sebanyak-banyaknya untuk stock hari-hari ke depan.
Pembelian stock bahan makanan oleh masyarakat dalam waktu yang bersamaan membuat ekonomi dan ketahanan pangan negeri ini terganggu. Sekalipun persediaan bahan makanan mungkin hanya sekian hari ke depan saja. Tetapi yang ada di depan mata saat itu adalah bak buah simalakama. Dimakan mati bapak, tidak dimakan mati emak. Sebuah pertaruhan buat para pemimpin negeri ini.
Sejenak penulis teringat kisah Salomo yang ada di Kitab Suci. Seberapa banyak persediaan stock makanan yang dia punyai waktu itu ? Tertulis jelas. Adapun persediaan makanan yang diperlukan Salomo untuk SEHARI ialah tiga puluh kor tepung yang terbaik dan enam puluh kor tepung biasa, sepuluh ekor lembu gemukan dan dua puluh lembu gembalaan dan seratus ekor domba, belum terhitung rusa, kijang, rusa dandi dan gangsa piaraan.
Sungguh luar biasa. Apakah demikian suburnya tanah negeri dimana Salomo memerintah ? Atau apakah karena warganya realtif hanya sedikit ? Â Kenapa ini bisa terjadi dan dialami oleh Salomo ? Dari sejarah Salomo punya kuasa atas daerah kekuasaanya. Salomo mempunyai dua belas orang kepala daerah atas seluruh Israel yang harus menjamin makan raja dan seisi istananya: adalah tanggungan tiap-tiap kepala daerah untuk menjamin makanan selama sebulan dalam setahun.
Sedikit mendekat ke ruang lingkup sebuah rumah tangga yang kita jalani sehari-hari. Mungkin saja kita pernah mengalami resesi tingkat tinggi. Dan menjadi tanda tanya juga kenapa bisa terjadi demikian ? Padahal semestinyapun dalam koridor keimanan yang hakiki, Sang Khalik berkenan memberkati hidup kita dengan berlimpah seperti yang Salomo alami.