Satu hal yang penulis ingat lewat tulisan sejarah, saat Salomo berdoa kepada Tuhan Semesta Alam, dia  tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhnya. Tetapi yang Salomo minta kepada Tuhan hanya hikmat pengertian untuk memutuskan hukum. Artinya, saat itu Salomo tidak meminta kepada Tuhan yang berkaitan dengan berkat jasmani. Tetapi dia meminta apa yang menjadi keterbatasan dan kemampuannya dia, untuk memanage sebuah wilayah yang besar.
Jadi apa yang dialami oleh Salomo, berlaku juga buat kita yang hidup pada jaman pemilu. Karena saat kita dekat dengan Sang Khalik dan mengandalkan kepada-NYA sepenuhnya, dan percaya betul akan Kuasa-NYA, maka semuanya bisa kita terima. Bukan melulu yang kita minta hal yang berbau nafsu, jabatan, keinginan dan syahwat. Tetapi lebih dari itu. Dan ini relevan juga dengan kehidupan saat ini.
Mungkin kita perlu mengucap syukur kepada Sang Khalik akan apa yang sudah dialami, yang sedang kita alami, maupun di hari-hari mendatang. Karena sejujurnya Tuhan tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita, bukan keinginan kita. Tetapi mungkin juga kita banyak ngeyelnya. Seperti kata bijak. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Singkatnya sih, bagaimana permintaan itu bakal menjadi kunci di masa depan.
Mendadak lagunya Koes Plus bergema lagi lewat youtube yang sengaja penulis setel. Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H