Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cucu....

20 Oktober 2023   11:05 Diperbarui: 20 Oktober 2023   11:25 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotosbayi-anak-laki-laki-topi-tertutupi-1399332

Matahari belum lagi masuk ke peraduannya, ketika penulis sudah sampai ke rumah seorang kawan lama. Sebelumnya kami sudah janjian untuk bertemu, kemudian akan pergi bareng ke rumah kerabatnya yang akan punya hajat. Dan tepat jarum jam menunjukkan pukul enam belas lewat tiga puluh menit waktu Indonesia Bagian Barat, penulis sudah tiba di rumahnya.

Belum lagi penulis dan isteri di persilakan duduk, kawan lama ini sudah mendahului dengan perkataan minta maaf yang sebesar-besarnya, sambil menjabat tangan dengan eratnya. Raut wajahnya terlihat capai dan yang lebih mengagetkan kami berdua adalah, kawan ini sudah nampak tua dari usia yang sebenarnya. Usianya hanya selisih dua tahun di atas usia penulis. Kalau sekarang penulis ada di usia enam puluh satu tahun, berarti kawan ini usianya di sekitaran enam puluh tiga tahun.

Sambil menikmati teh poci dan tahu aci goreng khas Tegal, kawan ini meminta maaf kalau tidak bisa pergi seperti kesepakatan yang sudah dibuatnya, karena masih harus momong cucunya yang ada dua. Usianya masih dalam kategori bawah lima tahun. Yang sulung berusia empat tahun, dan adiknya berusia dua tahun. Masih imut.

httpspixabay.comidphotoskamera-film-antik-kamera-film-tua-219958
httpspixabay.comidphotoskamera-film-antik-kamera-film-tua-219958

Sambil matanya menerawang jauh ke depan pintu yang terbuka, sehingga udara di dalam rumah tidak sepanas yang di luar, kawan ini mulai bercerita. Tepatnya malah berkeluh kesah dengan kami berdua, tentang perjalanan hidupnya sepanjang lima tahun belakangan ini. Memang waktu rasanya begitu cepat. Bahkan penulis baru menyadari kalau sudah tidak berjumpa secara tatap muka dengan kawan ini juga selama dua tahun.

Keterbatasan dalam usia lanjut seseorang dan keterbatasan ekonomi memang bisa mengubah segalanya, mejadi sesuatu yang tidak kita duga. Seperti yang sering kita dengar. Uang bukan masalah. Tetapi tanpa uang menjadi sebuah masalah. Benar ? Itu belum seberapa. Belum lagi kalau ada penyakit bawaan yang bisa mempengaruhi kondisi fisik dan daya nalar.

Cerita terus mengalir dari kawan penulis, seperti air sungai yang tak pernah kering. Sejak anaknya berumah tangga lima tahun silam, mereka berdua menantunya tinggal bareng serumah dengan kawan penulis ini. Dan ini terus berlanjut hingga kedua cucunya lahir. Berhenti sampai di situ ? Ternyata tidak. Karena apa yang dibayangkan sebuah kebahagiaan di hari tua dengan bermain bersama cucu, ternyata ini malah menjadikannya sebuah beban.

httpspixabay.comidphotostua-tangan-cincin-tongkat-jalan-981400
httpspixabay.comidphotostua-tangan-cincin-tongkat-jalan-981400

Anaknya dan isterinya, sejak pagi sudah pergi ke luar rumah untuk bekerja. Mereka pulang sampai rumah sudah sekitar jam enam sore. Dengan catatan jalanan tidak macet. Begitu terus berlanjut sampai saat ini. Ketika orang lain sudah beristirahat di usia senja dengan menikmati alam kebebasan dan kemerdekaannya, justru kawan ini menjadi terbelenggu. Mau ke luar rumahpun harus berpikir seribu kali, karena ada dua cucunya yang harus dijaga.

Perusahaan tempat kawan ini bekerja, sebelumnya sudah menawarkan agar terus bekerja. Tidak perlu pensiun. Mengingat kawan penulis ini orang kepercayaan perusahaan. Tetapi berhubung usia dan sudah lelah bekerja ber tahun-tahun, dia memutuskan pensiun saja. Tidak disangka pekerjaan momong cucu di rumah sendiri, rasanya tidak berkesudahan. Mulai bangun pagi, menyiapkan makanan, beberes rumah, ngajak jalan pagi, menidurkan cucu, menyiapkan makan siang, mengajak main cucu, menjaga cucu tidur, menyiapkan makan malam. Begitu terus dari hari ke hari, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun