Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan....

6 Juni 2023   14:10 Diperbarui: 6 Juni 2023   14:12 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-nubia-navarro-(nubikini)-386009

Kadangkala kita tidak pernah menduga sesuatu bakal terjadi diluar rencana yang sudah disusun dengan cermat. Sekalipun mungkin saja tubuh sudah merasakan tanda, ataupun hati sudah mengeluarkan sinyal sebagai peringatan. Sekalipun juga kita sudah berdoa kepada Sang Khalik akan tujuan perjalanan yang bakal kita tempuh.

Seperti halnya yang dialami penulis saat mau berangkat ke Bandung berdua dengan isteri di hari Rabu tanggal tiga puluh satu Mei kemarin. Bisa jadi sebuah tanda sudah diberikan, ketika tiba-tiba mata isteri bermasalah dan harus segera ditangani oleh dokter mata yang berkompeten. Atau ketika sore harinya di hari yang sama, kondisi isteri yang tadinya segar bugar tiba-tiba drop. Sehingga perlu istirahat di tempat tidur seharian penuh.

pexels-pixabay-39080
pexels-pixabay-39080

Apakah lalu perjalanan ke Bandung dibatalkan ? Tentu saja tidak. Karena ketika hari Jum’at pagi tanggal dua Juni, kondisi isteri penulis sudah kembali pulih. Dan dengan semangat empat lima kami bergegas berangkat. Apalagi tetangga kanan kiri sudah banyak yang meninggalkan rumah masing-masing buat menikmati long week end di luar kota.

Tiga puluh kilometer sudah kami tempuh, ketika tubuh merasakan panas. Padahal di luar sinar matahari tertutup awan tipis, sehingga tidak bersinar terik. Ternyata air condition mobil tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sudah dicoba berulang kali, tidak menampakkan hasil. Akhirnya dengan legawa perjalanan tetap diteruskan dengan AG alias angin gede. Lumayan lah sedikit hemat bahan bakar minyak. Ahay…

Tidak berapa lama, tiba-tiba lampu indikator yang seperti bendera berkedip-kedip, menandakan ada lonjakan panas alias over heat. Sempat beristirahat di rest area untuk menetralkan. Sampai akhirnya penulis ambil keputusan keluar melalui exit tol di Tegal, untuk mencari bengkel mobil terdekat. Disinilah kesalahan dimulai, saat montir mendiagnosa dan menangani mobil kami.

httpspixabay.comidphotosradiator-penghangat-ruangan-2845463
httpspixabay.comidphotosradiator-penghangat-ruangan-2845463

Dengan penuh keyakinan montir langsung bongkar radiator, dengan mengatakan semua jalurnya tersumbat. Tiga jam berlalu, hasil penanganan ternyata sungguh tidak maksimal. Bahkan saat mobil dicoba dinyalakan, kondisi mesin malah timpang. Diantisipasi dengan melepas thermostat, tidak juga menolong.

Mau tidak mau, suka tidak suka dengan sedikit kecewa, kami bermalam di kota Tegal. Bersyukur masih ada saudara di kota ini, sehingga tidak merasakan asing di kota yang sudah lama penulis pernah tinggal. Berusaha mengontak beberapa bengkel yang ada di Semarang, dengan menyebut permasalahan yang ada, semuanya menyarankan agar tidak usah melanjutkan ke Bandung. Tetapi segera pulang saja ke Semarang, agar mobil bisa ditangani segera oleh bengkel langganan penulis.

Tetapi perjalanan kembali ke Semarangpun, tidak semudah yang dibayangkan. Ada rasa kuatir, cemas dan galau menjadi satu. Sampai akhirnya lepas dari kota Batang, setelah sarapan pagi dengan nasi megono, makanan khas Batang yang menjadi kesukaan isteri penulis. Tidak berselang lama lampu indikator kembali berkedip. Menunggu waktu sejenak, penulis mencoba menambahkan air pada radiator. Dan disinilah terjadi tragedi. Karena mesin mobil benar-benar mati dan sudah tidak bisa dinyalakan kembali.

httpspixabay.comidphotosditangkap-di-jalan-raya-1582002
httpspixabay.comidphotosditangkap-di-jalan-raya-1582002

Kembali mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya montir bengkel yang di Semarang membawa armada towing, untuk menjemput kami. Dia tidak mau ambil resiko dengan menarik mobil dengan cara manual, karena mobil yang kami pake sehari-hari adalah matic. Jadi akhirnya kami berdua isteri pulang ke Semarang, berada di dalam mobil, yang ada di atas mobil towing. Layaknya mau ikut karnaval.

Hari itu juga mobil langsung ditangani oleh bengkel langganan kami. Diagnosanya, harus terus mesin. Sebuah pilihan yang cukup mengagetkan. Dan ini terbukti karena ternyata setelah dibongkar habis, air sudah merembes kemana-mana termasuk ke blok mesin.

Memang tanpa kita sadari seringkali kita berkutat dengan rencana-rencana yang indah dan bayangan yang menyejukkan. Dan disinilah seringkali kita merasa jumawa dengan kekuatan sendiri bisa mengatasi segala hal. Sekalipun mungkin tanda dan sinyal sudah Tuhan berikan kepada kita, tetapi kita menganggap remeh atau bahkan menganggap sebuah halusinasi bahkan dianggap tidak ada.

pexels-pixabay-52531
pexels-pixabay-52531

Semestinya berbekal keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta, radar yang ada pada tubuh kita sudah bisa menangkap sinyal tersebut. Tetapi sekali lagi, seperti kalimat bermakna yang bisa menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan ini. Sebab rancangan-KU bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-KU. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-KU dari jalanmu dan rancangan-KU dari rancanganmu.

Apapun yang kita hadapi semua baik. Jadi batal ke Bandung ? Ya, iyalah. Karena Tuhan pasti akan berikan waktu, situasi dan kondisi yang terbaik buat kami. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun