Kembali mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya montir bengkel yang di Semarang membawa armada towing, untuk menjemput kami. Dia tidak mau ambil resiko dengan menarik mobil dengan cara manual, karena mobil yang kami pake sehari-hari adalah matic. Jadi akhirnya kami berdua isteri pulang ke Semarang, berada di dalam mobil, yang ada di atas mobil towing. Layaknya mau ikut karnaval.
Hari itu juga mobil langsung ditangani oleh bengkel langganan kami. Diagnosanya, harus terus mesin. Sebuah pilihan yang cukup mengagetkan. Dan ini terbukti karena ternyata setelah dibongkar habis, air sudah merembes kemana-mana termasuk ke blok mesin.
Memang tanpa kita sadari seringkali kita berkutat dengan rencana-rencana yang indah dan bayangan yang menyejukkan. Dan disinilah seringkali kita merasa jumawa dengan kekuatan sendiri bisa mengatasi segala hal. Sekalipun mungkin tanda dan sinyal sudah Tuhan berikan kepada kita, tetapi kita menganggap remeh atau bahkan menganggap sebuah halusinasi bahkan dianggap tidak ada.
Semestinya berbekal keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta, radar yang ada pada tubuh kita sudah bisa menangkap sinyal tersebut. Tetapi sekali lagi, seperti kalimat bermakna yang bisa menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan ini. Sebab rancangan-KU bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-KU. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-KU dari jalanmu dan rancangan-KU dari rancanganmu.
Apapun yang kita hadapi semua baik. Jadi batal ke Bandung ? Ya, iyalah. Karena Tuhan pasti akan berikan waktu, situasi dan kondisi yang terbaik buat kami. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H