Kadangkala kita tidak pernah menduga sesuatu bakal terjadi diluar rencana yang sudah disusun dengan cermat. Sekalipun mungkin saja tubuh sudah merasakan tanda, ataupun hati sudah mengeluarkan sinyal sebagai peringatan. Sekalipun juga kita sudah berdoa kepada Sang Khalik akan tujuan perjalanan yang bakal kita tempuh.
Seperti halnya yang dialami penulis saat mau berangkat ke Bandung berdua dengan isteri di hari Rabu tanggal tiga puluh satu Mei kemarin. Bisa jadi sebuah tanda sudah diberikan, ketika tiba-tiba mata isteri bermasalah dan harus segera ditangani oleh dokter mata yang berkompeten. Atau ketika sore harinya di hari yang sama, kondisi isteri yang tadinya segar bugar tiba-tiba drop. Sehingga perlu istirahat di tempat tidur seharian penuh.
Apakah lalu perjalanan ke Bandung dibatalkan ? Tentu saja tidak. Karena ketika hari Jum’at pagi tanggal dua Juni, kondisi isteri penulis sudah kembali pulih. Dan dengan semangat empat lima kami bergegas berangkat. Apalagi tetangga kanan kiri sudah banyak yang meninggalkan rumah masing-masing buat menikmati long week end di luar kota.
Tiga puluh kilometer sudah kami tempuh, ketika tubuh merasakan panas. Padahal di luar sinar matahari tertutup awan tipis, sehingga tidak bersinar terik. Ternyata air condition mobil tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sudah dicoba berulang kali, tidak menampakkan hasil. Akhirnya dengan legawa perjalanan tetap diteruskan dengan AG alias angin gede. Lumayan lah sedikit hemat bahan bakar minyak. Ahay…
Tidak berapa lama, tiba-tiba lampu indikator yang seperti bendera berkedip-kedip, menandakan ada lonjakan panas alias over heat. Sempat beristirahat di rest area untuk menetralkan. Sampai akhirnya penulis ambil keputusan keluar melalui exit tol di Tegal, untuk mencari bengkel mobil terdekat. Disinilah kesalahan dimulai, saat montir mendiagnosa dan menangani mobil kami.
Dengan penuh keyakinan montir langsung bongkar radiator, dengan mengatakan semua jalurnya tersumbat. Tiga jam berlalu, hasil penanganan ternyata sungguh tidak maksimal. Bahkan saat mobil dicoba dinyalakan, kondisi mesin malah timpang. Diantisipasi dengan melepas thermostat, tidak juga menolong.
Mau tidak mau, suka tidak suka dengan sedikit kecewa, kami bermalam di kota Tegal. Bersyukur masih ada saudara di kota ini, sehingga tidak merasakan asing di kota yang sudah lama penulis pernah tinggal. Berusaha mengontak beberapa bengkel yang ada di Semarang, dengan menyebut permasalahan yang ada, semuanya menyarankan agar tidak usah melanjutkan ke Bandung. Tetapi segera pulang saja ke Semarang, agar mobil bisa ditangani segera oleh bengkel langganan penulis.
Tetapi perjalanan kembali ke Semarangpun, tidak semudah yang dibayangkan. Ada rasa kuatir, cemas dan galau menjadi satu. Sampai akhirnya lepas dari kota Batang, setelah sarapan pagi dengan nasi megono, makanan khas Batang yang menjadi kesukaan isteri penulis. Tidak berselang lama lampu indikator kembali berkedip. Menunggu waktu sejenak, penulis mencoba menambahkan air pada radiator. Dan disinilah terjadi tragedi. Karena mesin mobil benar-benar mati dan sudah tidak bisa dinyalakan kembali.