Teringat, ketika penulis pertama kali mendapat Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri Sipil di tahun 1996 dan langsung ditempatkan dalam Jabatan Fungsional di Kantor Proyek dengan memiliki beberapa orang staf adalah suatu hal yang mengesankan dan membanggakan bagi penulis dan keluarga. Menjalani sekian tahun dengan hidup sebagai pegawai swasta dan sekian tahun juga menjalani pekerjaan sebagai staf non PNS, rasanya sebuah perubahan membayang di depan mata.
Karena harapan orang tua, keluarga maupun dari diri sendiri akhirnya tergenapi juga. Sekalipun harus melewati beberapa rintangan yang kadangkala membuat jatuh bangun. Tidak bisa terbayangkan juga dengan status Calon Pegawai Negeri Sipil sudah diberi tugas dan amanah yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, dengan membawahi beberapa orang staf.
Dan setelah sekian tahun bekerja di dalam jabatan fungsional dengan segala problematikanya dan beragam warna penanganan, sepertinya menjalani di dalam zona kenyamanan. Tidak mengira bakal mengalami suatu perubahan. Karena kemudian di tahun 2015 penulis ditarik dalam Jabatan Struktural sampai memasuki purna tugas. Ini adalah sesuatu yang boleh dikatakan menggoncangkan dan menggoyahkan jiwa penulis, yang terlanjur lama tinggal dalam status dan jabatan pekerjaan yang nyaman. Karena apa yang penulis jalani bertahun-tahun, tiba-tiba berubah drastis.
Ibaratnya menempuh perjalanan jauh dengan menggunakan mobil, tiba-tiba harus dilanjutkan dengan berjalan kaki, dengan melakukan penyesuaian gerak tubuh dan jiwa untuk bisa dikatakan selaras. Bisa jadi penulis belum siap menghadapinya saat itu. Karena perubahan drastis itu, ternyata tanpa sadar menimbulkan perubahan karakter dan tabiat penulis. Dan secara kejiwaan menimbulkan masalah baru secara psikologis dalam keluarga. Dan itu sungguh mengganggu kehidupan istri dan anak-anak.
Â
Perubahan perilaku, perubahan kejiwaan, perubahan kesehatan, perubahan keuangan secara tiba-tiba bisa terjadi di setiap orang yang sedang menjalani kehidupan di muka bumi ini. Bahkan orang yang percaya betul akan standar keimanan kepada Sang Khalik pun bisa mengalaminya. Memang benar sebuah pernyataan yang tertulis, dalam kesenanganku aku berkata, aku tak kan goyah untuk selama-lamanya.
Mencobai menjabarkan dan memaknai kalimat di atas seakan membawa tubuh ini melintas di tengah awan awan yang permai. Waktu kita dalam kondisi sehat, ada jabatan, keluarga mapan, keuangan berlimpah, semua failitas tersedia, bisa pergi kemana kita suka, kita tidak akan ragu untuk mengatakan dan mengiyakan statemen  di atas.
Tetapi pada saat kondisi semua terbalik, pertanyaan yang timbul kemudian adalah apakah kita masih bisa katakan pernyataan itu dengan tegar dan tegas ?