Waktu anak-anak kami masih kecil, pernah suatu ketika antara si sulung ribut dengan adiknya hanya karena masalah sepele. Bersyukur mamanya bisa segera menengahi sehingga perselisihan tidak berlanjut baku pukul. Dan rasanya sudah terbiasa kita melihat anak-anak balitapun bisa berselisih dengan saudara kandungnya atau teman sepermainannya, hanya karena berebut mainan dan tidak ada satupun yang mengalah.
Peristiwa seperti ini bisa menjadi malapetaka yang tidak terelakkan sekiranya tidak ada yang menengahi. Karena sebetulnya disinilah bibit karakter seorang anak mulai timbul untuk bisa ditubuh kembang biakkan. Ke arah mana tumbuhnya, tergantung dari peranan kedua orang tuanya. Bahkan sejatinya lingkungan yang tidak sehat dan tidak steril dimana anak-anak itu bertumbuh bisa menunjang kesemuanya itu. Akankah hidup ke depannya dikuasai dan dikendalikan nafsu serakah semata ?
Karena kalau dipikir lebih mendalam dengan hati nurani yang jernih, akan memperoleh jawaban dari pertanyaan yang hakiki. Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran diantara kamu ? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu ? Benar begitu ? Â
Fase kanak-kanak dengan segala problematiknya bisa terlewati dengan aman, kalau orang tua dan lingkungan membentuk dengan benar. Tetapi apa jadinya kalau orang tua tidak merespon akan adanya perseteruan diantara anak-anaknya, dengan menanggapi secara positif. Sementara lingkungan sekitar justru mendukung kondisi anak-anak yang menyimpan dendam.
Masih ingat beberapa berita yang terjadi di sekitaran kita ? Ada seorang adik tega membunuh kakaknya karena sang adik membela ibunya yang sedang sakit. Sedang kamar tidurnya ibunya dipakai tidur kakaknya yang pulang dalam kondisi mabuk ? Melihat kejadian seperti ini, siapa yang harus dipersalahkan ? Karakter ? Lingkungan ? Atau peran orang tua dalam mendidik ? Atau guru yang tidak mengajarkan budi pekerti ?
Â
Tanpa kita sadari sebetulnya setiap hari kita disuguhi bermacam-macam fragmen kehidupan. Tindakan penipuan, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi bahkan saling mencaci antar pribadi baik secara verbal maupun lewat media sosial. Miris ? Bisa jadi ya. Karena rasanya hidup sudah tidak punya arti lagi di hadapan sesama. Lebih-lebih di hadapan Yang Maha Kuasa. Karena semuanya sudah dikuasai nafsu dan keserakahan.
Memang ada benarnya ketika sesuatu yang tadinya dianggap sepele malah menjadi gawe. Sepertinya peristiwa dimana ketika kita mengingini sesuatu, tetapi tidak memperolehnya, lalu dengan teganya membunuh. Atau ketika nafsu iri hati muncul, tetapi kita tidak bisa  mencapai tujuan yang kita inginkan, lalu terjadilah pertengkaran dan akhirnya berkelahi.