Sambil melintas dan menyeruak hutan mangrove dengan menyewa sebuah perahu dan jurumudi yang bertindak selaku penunjuk jalan, kami bertiga menyusur sungai dan sesekali dipertemukan dengan satu dua ekor bekantan. Hutan mangrove ini cukup dekat dengan kota Balikpapan yang berlokasi dekat perumahan Graha Indah. Dengan cukup membayar tiga ratus ribu termasuk pemandu, rasanya tidak rugi untuk mencoba sensasi baru.
Sang pemandu cukup sabar dan telaten mengantar kami menyusur sungai kecil dengan kiri kanan terlihat akar-akar pohon mangrove yang kekar. Bahkan ketika kemudian keluar dari alur sungai kecil dan bertemu dengan sungai yang cukup lebar, sang pemandu masih dengan sabar meladeni kami yang mengambil gambar. Dengan posisi yang siaga, untuk tetap menjaga kestabilan perahu yang goyang ke kanan dan  ke kiri.
Menjaga kestabilan perahu dan menjaga kesabaran rasanya mutlak diperlukan sang pemandu dalam perjalanan menyusur sungai. Mengapa ? Tentu saja agar para wisatawan terjaga keselamatannya. Arus sungai yang terlihat tenang di permukaan bisa menjebak kita dengan kelengahan. Karena sebetulnya masih ada buaya yang hidup di bawah aliran sungai tadi. Dan itu baru kami ketahui setelah selesai menyusur hutan mangrove.
Menjaga keselamatan. Sepertinya jadi ingat masa kecil dulu. Siapa diantara pembaca  yang tidak pernah dimarahi oleh Bapak atau Ibunya ? Atau siapa diantara pembaca yang tidak pernah dicubit dijewer telinganya oleh Bapak atau Ibunya ? Atau,  bahkan mungkin siapa diantara pembaca yang tidak pernah dihajar oleh Bapak atau Ibunya ?
Apa yang ada dalam benak pikiran kita saat itu ? Bisa jadi terlintas pikiran, kenapa orang tua bersikap jahat dengan kita ? Rekaman masa kecil bisa tiba-tiba muncul dari sebuah peristiwa yang sederhana. Yang menjadi masalah, apakah betul orangtua kita begitu jahatnya dan seakan-akan mau menghabisi kita hanya karena kesalahan yang kita buat ?
Tentu jawabannya tidak. Karena sebetulnya orang tua kita itu begitu mengasihi kita. Sekejam-kejamnya seekor singa, tentu tidak akan memangsa anaknya sendiri bukan ? Atau masih ada yang gak percaya ?
Contoh yang paling sederhana dalam pertumbuhan jasmani kita sejak kita terlahir dari rahim seorang ibu. Mengapa orang tua selalu cerewet menyuruh kita makan ? Karena sejujurnya dia tahu, kalau kita tidak makan akan masuk angin. Kalau sudah masuk angin maka tubuh kita jadi lemah. Kalau sudah lemah dan tidak berdaya tentu harus dirawat di rumah sakit. Nah, orang tua berusaha mati-matian menjaga tubuh jasmani kita agar jangan sampai kita jatuh sakit. Makanya jangan heran kalau dia cerewet untuk menutup kesabarannya. Dan Itu adalah salah satu tanda sayangnya kepada kita.
Tetapi apakah ada orang tua yang membiarkan anak-anaknya berulah dan merugikan orang lain tanpa pernah mendapat teguran bahkan hajaran ? Tentu saja ada. Bahkan kalau ada orang tua yang model seperti ini, bisa dikatakan membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya di kemudian hari. Bisa kita lihat kehidupan di sekeliling kita.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan oleh orang tua tidak mendatangkan sukacita. Tetapi duka cita buat anak-anaknya. Tetapi kemudian ia akan menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatihnya.
Dengan kata lain secara jasmani orang tua mendidik kita dalam kurun waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik. Terlebih dari hitungan masa hidup manusia yang relatif singkat.