Ketika bangun tidur pagi hari ini, tiba-tiba saja terlintas perjalan kehidupan rumah tangga kami yang dimulai dari tiga puluh delapan tahun yang lalu. Banyak kenangan bersliweran seperti urutan menonton film cerita di televisi. Banyak suka dan duka. Layaknya membuka album foto yang sekarang bukan jamannya lagi, perlahan dibuka kembali. Sebuah sejarah yang tidak bisa terlupakan untuk bisa dijadikan kenangan.
Bagaimana membangun sebuah impian yang nyata-nyata tidak semudah membalik tangan. Dan sederet pertanyaan ketika ada gelombang badai dalam perjalanan berumah tangga. Mengapa ini harus terjadi ? Mengapa tidak bisa berjalan layaknya berkendara di jalan tol ?
Seperti halnya membuka buku sejarah masa lalu. Sebuah semboyan yang fonumental. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat "Jasmerah" adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun  Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.
Dan tentu saja, tanpa membaca dengan menyimak sejarah masa lalu dan memahaminya, kita tidak akan tahu bagaimana bangsa dan Negara ini terbentuk. Bagaimana perjuangan dan pengorbanan pendahulu-pendahulu kita dalam mewujudkan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah.
Kadangkala saya bertanya dalam hati koq dulu peta sejarahnya tidak dibikin begini atau kenapa tidak dibuat begitu ya? Memang dengan sudut pandang saat sekarang dengan masa saat kejadian itu berlangsung tentunya berbeda. Mungkin kita bisa berkomentar karena tidak mengalami kejadian sebenarnya. Kita mengetahuinya karena lewat bacaan buku sejarah.
Dan sebuah pertanyaan menarikpun muncul dari sudut keimanan. Mengapa Tuhan Pencipta alam semesta membiarkan bangsa kita mengalami penjajahan ? Mencoba berpikir praktis dan sistematis sesuai alam pikiran diri sendiri. Kalau saja Yang Maha Kuasa berkenan untuk  mau bertindak, dengan sekali tindakan, bangsa kita bisa langsung bebas dari penjajahan bukan ? Tetapi justru dari sejarahlah kita banyak belajar arti perjuangan dan kendali otoritas yang Tuhan pegang atas perilaku kehidupan manusia.
Begitu juga saat sejarah mencatat betapa rapuhnya perekonomian dunia, ketika covid menghantam tanpa pilih-pilih. Pertanyaan yang sama muncul. Mengapa kondisi porak poranda yang memakan banyak korban jiwa dibiarkan. Atau kejadian gempa yang menghancurkan beberapa bagian di negara Turkiye. Apakah kalau demikian Tuhan tidak sayang kepada umat-NYA ? Dengan membiarkan semua kejadian berlangsung ?
Kembali mencoba belajar dari catatan peristiwa di atas, memberikan sebuah kecerahan. Mengingatkan kembali peran otoritas dan kuasa sesungguhnya milik-NYA. Tuhan bisa menggerakkan hati manusia di situasi yang berbeda. Seperti kita belajar dari catatan sejarah yang Tuhan sudah torehkan, yang membuktikan bahwa apapun Yang Maha Kuasa  lakukan kepada mereka semuanya akan berakhir dengan baik. Dari sini juga kita bisa belajar banyak otoritas-NYA buat kehidupan kita.