Suatu saat saya pernah bertanya pada seorang kawan, apa yang akan kau lakukan, apabila teman dekatmu sedang dalam kondisi jatuh terpuruk ? Kawan saya tiba-tiba terdiam lama….lalu dia mengatakan, apa yang sedang teman dekat alami, belum tentu saya kuat menjalaninya. Sekalipun saya anak yang punya kemampuan, ketahanan, keuangan dan iman yang kuat, demikian katanya.
Saya juga pernah diskusi dengan istri saya. Kalau ada keluarga yang sedang mengalami keterpurukan, cukupkah kita hanya menasehati dan memberi masukan lewat ayat-ayat yang menguatkan iman seseorang ? Karena bisa saja terjadi orang yang terpuruk tersebut malah berontak di dalam hatinya, dengan mengatakan, ach kamu hanya bisa ngomong....coba kalau kamu yang mengalaminya. Betul ? Â Â Â
Memang situasi dan kondisi seseorang masing-masing berbeda, dengan latar belakang yang berbeda-beda pula. Tetapi yang menunjukkan ketahanan dan daya uji, adalah saat seseorang mengalami kejatuhan.
Ada seorang tokoh di dalam cerita, yang memiliki beberapa anak dengan kekayaan yang tidak habis tujuh turunan. Kehidupannya cukup mapan dan tenang dalam kenyamanan. Segala apa yang dibutuhkan, semuanya tersedia. Bahkan sekalipun dia seorang yang boleh dikatakan milyuner, kehidupannya tetap dilakukan secara jujur, tidak pernah melakukan kejahatan sedikitpun, tetap rajin beribadah, hidupnya saleh dan tetap menjaga keimanannya dengan kuat.
Namun tidak disangka dan diluar kehendaknya, semua apa yang dimiliknya lenyap dalam seketika. Anak-anaknya meningggal dalam suatu peristiwa. Dan semua kekayaannya habis sekejap. Sekuat-kuatnya iman seseorang, ketika mengalami peristiwa tragis, pencobaan datang dan jatuh dalam keterpurukkan, apa yang dia lakukan ?
Sebagai manusia normal, hati dan pikirannya berontak. Bisa jadi dia menyesali perjalanan hidupnya. Dan protes keras kepada Sang Khalik. Dia berubah menjadi seorang temperamen. Dia mengutuki hari kelahirannya. Bahkan bisa jadi ada pikiran, mengapa aku tidak mati waktu aku lahir atau binasa saja waktu keluar dari kandungan ? Sekarang hidupnya tidak lagi dalam ketenangan dan kenyamanan, tetapi hanya kegelisahan saja yang ada.
Disinilah kunci persoalannya….karena tidak semua manusia kuat dalam menghadapi pergumulan hidupnya.  Sekalipun yang menghadapi itu adalah sekaliber tokoh di atas..
Saya cukup tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh sahabat tokoh tersebut, pada saat mengetahui sahabatnya jatuh terpuruk. Suatu sentuhan ringan dengan tidak banyak memberikan ayat-ayat Kitab Suci kepadanya. Dia hanya mengatakan kepada sahabatnya. Dulu sewaktu masih berjaya, engkau yang mengajari orang-orang yang lemah biar jadi kuat. Perkataan dan nasehat-nasehatmu sungguh menguatkan banyak orang yang sedang terpuruk.
Â