Mohon tunggu...
Anton Hermanto
Anton Hermanto Mohon Tunggu... -

Mencoba menjadi filosof!! Tetap bersemangat!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aneh bin Ajaib

3 Oktober 2012   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini saya membaca harian kompas. Headline-nya masih tetap sama. Berita perkembangan revisi UU KPK. Salah satu tampilan harian ini adalah respons partai politik tentang wacana ini. Sedangkan subjudulnya," UU KPK Sudah Sangat Jelas, Tidak Perlu Ditafsirkan Lagi."  Yang jelas, sebagian besar pihak, terutama "wakil rakyat" kita menolak melanjutkan pembahasan revisi UU KPK karena adanya kecenderungan untuk melemahkan KPK.

Yang membingungkan saya adalah dari mana datangnya wacana revisi UU KPK? Kalau sebagian besar menolaknya? Berita-berita sebelumnya, menampilkan reaksi dari berbagai pakar hukum yang menentang revisi tersebut dan menilai bahwa revisi ini merupakan aksi balas dendam terhadap KPK. Baru kemudian reaksi dari berbagai parpol.

Kalau seandainya wacana revisi ini dibahas dalam sidang DPR (dan sikap sebagian besar parpol dari awal menolak), sekiranya tidak sampai mengundang reaksi dari pihak luar untuk menyatakan bahwa revisi UU KPK ini janggal. Pasti wacana ini gugur terlebih dahulu dalam rapat, sehingga tidak sampai heboh di masyarakat. Yang sekarang terjadi adalah ketika wacana merevisi UU KPK heboh di masyarakat, dan mengundang reaksi keras dari berbagai pakar hukum dan tokoh masyarakat, baru parpol bergerombol menyatakan sikapnya. Ada yang "menolak" secara tegas dan ada yang setengah-setengah.

Menarik untuk disimak, bahwa yang sebagian besar menolak (kemudian) adalah partai-partai besar. Bagaimana sikap mereka ketika wacana revisi UU KPK ini direncanakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun