Mohon tunggu...
Hermanto Hermanto
Hermanto Hermanto Mohon Tunggu... -

Hanya sebutir pasir ...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keragaman Karakteristik Orang Agamis

28 Januari 2010   01:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:13 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengamati orang agamis, saya melihat ada keragaman karakteristik yang universal. Yang dimaksud dengan orang agamis adalah orang yang mengaku memeluk suatu agama. Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah bagaimana orang tsb memahami agamanya, atau kebenaran macam apa yang dipahaminya atau menarik hatinya dari agama tersebut dan dianggapnya sebagai kebenaran yang utama. Universal berarti bahwa fenomena keragaman ini adalah sesuatu yang terjadi atau bisa didapati di semua agama.

Keragaman karakteristik itu adalah adanya manusia ritual, manusia doktrinal, manusia moral, manusia ajaib, dan manusia spiritual dalam setiap agama.

Manusia ritual adalah kelompok orang-orang yang menekankan sisi ritual dari agamanya. Mereka sangat peduli dan ketat menjaga aturan-aturan, prosedur-prosedur, dan upacara-upacara dalam agamanya. Memang semua agama memiliki aturan2, prosedur2, dan upacara2, dan kelompok manusia ritual ini adalah orang-orang yang melihat ritual-ritual ini sebagai sesuatu yang utama dan penting dalam agama tsb, yang harus dilestarikan, dan tidak boleh sembarangan dilanggar. Sebagai contoh, jika ajaran agama tsb memuat tentang surga, maka kelompok ini akan mengatakan bahwa ritual2 inilah yang akan membawa manusia ke surga.

Manusia doktrinal adalah kelompok orang-orang yang melihat kebenaran suatu agama sebagai kebenaran dalam hal doktrin. Mereka peduli akan adanya suatu kosmologi yang tepat dan mendetil dalam suatu agama. Sebagai contoh, jika ajaran agama tsb memuat tentang surga, maka kelompok ini akan berusaha sebisa mungkin mendefinisikan surga itu seperti apa berdasarkan ayat-ayat yang ada, dan ada kecenderungan untuk menganggap bahwa dengan pemahaman doktrinal yang benar, mereka dapat masuk surga. Biasanya kelompok ini tidak dapat mentoleransi pemahaman doktrin yang berbeda, baik dalam agamanya sendiri.

Manusia moral adalah kelompok orang-orang yang melihat ajaran moralitas sebagai kebenaran dari suatu agama. Mereka mengatakan bahwa yang utama adalah moralitas dari orang yang mengaku beragama. Mereka menganggap agama adalah ajaran moral, yang bertujuan membuat manusia menjadi lebih bermoral. Mereka menekankan perdamaian, toleransi, dan seringkali mengabaikan ajaran2 doktrinal demi menjunjung tegaknya nilai2 moral. Sebagai contoh, jika ajaran agama tsb memuat tentang surga, maka kelompok ini cenderung tidak menonjolkan perbedaan2 konsep tentang surga, yang penting bagi mereka adalah bagaimana hidup bermoral, karena moralitaslah jalan menuju surga.

Manusia ajaib adalah kelompok orang-orang yang terpesona pada hal-hal yang ajaib dan supranatural yang terdapat dalam ajaran maupun praktek2 agama tsb. Mereka peduli pada keberadaan makluk2 halus, interaksi antara dunia lain dengan manusia, mujizat2, dsb. Mereka menganggap itulah realita yang sesungguhnya. Sebagai contoh, jika ajaran agama tsb memuat tentang surga, maka kelompok ini adalah kelompok yang mengklaim dapat pergi ke surga dan kembali lagi.

Manusia spiritual adalah kelompok orang-orang yang menganggap bahwa agama adalah suatu usaha untuk memahami realitas spiritual yang ada. Bagi mereka, kebenaran itu adalah realitas spiritual tsb, dan agama adalah satu penunjuk arah untuk mereka mencapai atau bergabung atau masuk ke dalam realitas spiritual tsb. Sebagai contoh, jika ajaran agama tsb memuat ttg surga, maka bagi kelompok ini surga adalah penyatuan diri dengan yang Ilahi, dan hanya dengan memahami realitas spiritual ini orang dapat masuk surga dalam arti yang mereka pahami tsb.

Tentunya jarang atau tidak ada manusia yang murni masuk dalam salah satu karakteristik di atas. Yang ada adalah manusia yang memiliki kecenderungan lebih ke arah salah satu karakteristik di atas dalam kadar yang berbeda-beda.

Keberagaman ini muncul karena masing2 melihat dan menekankan sisi yang berbeda dari ajaran agamanya. Agama sendiri berisi ayat2, kisah2, dan teladan2 yang meliputi semua dimensi itu, yang terkadang dalam konteks tertentu akan ditonjolkan dimensi tertentu. Jadi masing2 bisa mendapatkan pembenaran dari agamanya untuk karakteristik yang mereka anggap benar.

Relasi antara kelompok2 tsb dalam agama yang sama tidaklah selalu berjalan mulus. Acapkali yang satu menganggap yang lain salah, bahkan sesat. Mungkin kelompok yang paling agresif menyikapi perbedaan dalam agama yang sama adalah kelompok doktrinal. Bahkan sesama kelompok doktrinal sendiri acapkali bertempur sendiri, yakni antara kelompok pemegang doktrin A dan pemegang doktrin B, meskipun dalam agama yang sama. Kelompok ritual biasanya sudah puas jika boleh melaksanakan upacara-upacaranya tanpa diganggu. Sedang kelompok moral adalah mereka yang mengeluh atas sepak terjang kelompok doktrinal, meskipun mungkin dapat dikatakan bahwa kelompok moral ini adalah kelompok yang paling pendamai, termasuk dengan kelompok dari agama lain. Kandidat paling pendamai ini bisa dipegang oleh kelompok moral, bisa pula oleh kelompok spiritual. Kelompok moral dan spiritual ini kadang menganggap merekalah yang paling dewasa dalam masalah rohani ketimbang kelompok lain. Kelompok ajaib adalah kelompok yang unik, berbeda sendiri, dan kadang sulit dimengerti oleh kelompok2 yang lain; terkadang dianggap sesat, terkadang dirasa menakutkan. Kelompok ajaib ini adalah kelompok yang penuh sensasi, dalam arti penuh dengan hal2 yang ajaib dan diluar akal manusia pada umumnya.

Relasi antara kelompok2 ini lintas agama juga unik untuk dicermati. Interaksi lintas agama yang paling sering adalah antar kelompok doktrinal dan antar kelompok moral. Interaksi lintas agama kelompok doktrinal ini seringkali diwarnai dengan perdebatan, perang kata, bahkan perang fisik. Sulit sekali dan bahkan tidak mungkin untuk mendamaikan kelompok ini. Sedang interaksi lintas agama antar kelompok moral, seringkali adalah diskusi, toleransi, kerukunan dan perdamaian, meskipun kelompok doktrinal dari masing-masing agama akan selalu mencemooh mereka.

Demikian pengamatan singkat tentang keragaman karakteristik dari orang agamis. Semoga pemahaman akan adanya kelompok yang beragam ini dapat membantu kita memahami diri sendiri lebih jelas dan membantu kita memahami kejadian2 yang muncul dalam interaksi lintas agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun