Sholatlah Sampai ke Negeri China
Pada waktu ribut isu asing dan aseng di negara kita beberapa waktu yg lalu, rasanya membuat sesak didada dan syukurlah ternyata itu hoax dan akhirnya berita tersebut reda dengan sendirinya. Tentu kita merasa khawatir kalau orang asing akan menggeser dan mengancam dominasi anak negeri.
Negara dan rakyat dimanapun pasti punya respon yg sama bila menghadapi isu demikian. Termasuk negara china yg dikenal lebih konservatif dan otoriter demi menjaga stabilitas politik dan ekonomi negaranya. Demikian pandanganku dan mungkin juga sama dgn pembaca sekalian.
Pada hari Jumat ini (29 Sept 2017), aku yg sedang berada di kota Guangzhou  mengikuti rakor, menyempatkan diri mencari masjid untuk Jumatan. Ketemulah suatu mesjid yg mana terdapat makam sahabat dan paman rosulullah yaitu Saad bin Abuwaqas. Di pintu gerbang masjid ada petugas yg berpakaian seragam (aku tdk tahu petugas apa) membagikan secara gratis minuman mineral kepada jamaah.
Setelah mengambil wudhu, aku memasuki jalan setapak dan setengah berlari karena khatib hampir selesai khotbah. Datang agak terlambat, aku yang ditemani seorang mahasiswa Indonesia akhirnya mendapat sedikit space dibarisan jamaah di halaman luar masjid. Cukup banyak jamaah yg terpaksa sholat di luar masjid karena masjid sudah penuh.
Kata guide, orang Afrika dan Arab yg datang ke China umumnya adalah pedagang. Mereka membeli konveksi dan barang-barang produk China lainnya yg harganya cukup murah dan banyak barang KW nya. Seperti pasar Tanah Abang Jakarta. Calo di pasar kota Guangzhou menyebut barang KW dengan istilah 'copy'.
Ternyata negara Tirai bambu cukup ramah dgn kedatangan orang asing dan sangat toleran dengan pemeluk agama muslim. Hingga sholat berakhir aku tdk bisa melihat gedung masjid, terhalang arus jamaah yg akan keluar dan rombongan delegasiku yg mau pulang.
Prespektif lain yg mengubah cara pandangku.
----
Tulisan ini sudah ditulis di blog penulis di: