Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Bantu Program Pendidikan Stunting di Desa Tabukan Raya
                         Â
Stunting digambarkan sebagai ketidaksesuaian antara usia individu dan TB/tinggi badan. Skor WHO (TB/U), umumnya dikenal sebagai Z-Index of Height by Age, dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi stunting. Individu disebut stunting jika indeks Z TB/U adalah -2 SD (standar deviasi) (Apoina, et al., 2016). Masalah stunting sering terjadi antara saat seseorang dalam kandungan dan usia dua tahun. Stunting dapat terjadi sebagai akibat dari kurangnya asupan nutrisi bermanfaat bagi tubuh dan akibat jangka panjang yang biasa disebut gizi kronis akibat konsumsi makanan yang kurang dari asupan gizi minimal. Gizi buruk menjadi masalah utama karena anak kurang Gizi membuat anak lebih mudah sakit, mengakibatkan tumbuh kembang kurang optimal, mengakibatkan postur badan tidak seideal anak pada umumnya, juga rendahnya kemampuan berpikir kognitif berdampak besar. bagi Indonesia secara keseluruhan, khususnya dalam hal ekonomi dan anggaran (berkaitan dengan pajak dan penerimaan negara). Pada tahun 2013, data yang didapat untuk stunting di Indonesia adalah 37,2%. menurut Riset Kesehatan Dasar. Peningkatan frekuensi dari 35,6% pada tahun 2010 menjadi 36,8% pada tahun 2007 cukup mengkhawatirkan. Hal ini membawa kita pada kesimpulan bahwa 8,9 juta anak di Indonesia memiliki pertumbuhan yang kurang optimal, terhitung sekitar sepertiga dari seluruh anak Indonesia.
Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) adalah contohnya. Parahnya, negara Indonesia menempati peringakt ke- 6 dunia dalam masalah stunting. Hal ini terlihat dari sepertiga anak muda Indonesia berusia lima tahun lebih muda dari rata-rata nasional. Stunting disebabkan oleh gizi buruk dan kondisi sakit. Akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap sanitasi lingkungan, akses terhadap makanan bergizi, dan pola asuh ibu-ke-anak semuanya terkait langsung dengan dua kriteria ini. Namun, penyebab paling mendasar adalah tingkat individu di rumah, terutama dalam hal pendidikan dan pendapatan rumah tangga. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah seringkali kurang peduli dan kurang informasi tentang risiko stunting. Oleh karena itu, penting untuk mulai menghadirkan stunting kepada anak-anak sejak dini, khususnya siswa sekolah dasar, sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus literasi stunting, yang menularkan pengetahuan ini ke lingkungan sekitar. Stunting diperkenalkan sebagai bagian dari instruksi gizi.
Salah satu komponen kegiatan pendidikan kesehatan adalah pendidikan gizi. Pendidikan dapat dicirikan sebagai upaya kolaboratif yang bertujuan mengubah total perilaku masyarakat, keluarga, individu, atau kelompok di bidang kesehatan (Apoina, 2018). AND, atau Academic Nutrition and Dietetics, menganjurkan pendidikan gizi sebagai prosedur formal untuk memperoleh keterampilan dan pemahaman, terutama ketika memutuskan aktivitas fisik, makanan, dan jenis aktivitas terkait kesehatan lainnya.
Tim pengabdian masyarakat Universitas Muhammadiyah Banjarmasin bekerja sama dengan Desa Tabukan Raya. Kali ini, upaya pengabdian masyarakat di Desa Tabukan Raya difokuskan pada pencegahan gizi buruk, khususnya pada balita. Sesi pengenalan stunting ini akan bertempat di SDN Tabukan Raya. Karena kegiatan ini berlangsung di sekolah dasar, maka stunting harus diperkenalkan sedemikian rupa agar anak-anak sekolah dasar tidak bosan ketika mereka belajar tentang stunting. Stunting oleh karena itu disajikan melalui kegiatan pembelajaran berbasis bermain seperti menambahkan sesuatu pada gambar sketsa dan membagikan brosur pengerdilan bergambar. Anak-anak SDN Tabukan Raya sangat senang mengikuti presentasi ini, terlihat dari banyaknya anak muda yang hadir untuk menjawab pertanyaan dan selanjutnya mendapatkan cinderamata. Individu muda tampaknya sangat tertarik dengan kolase perekatan.
Saran