Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah Menguasai Jurus Pertama, Tambahkan Jurus Kedua

24 Oktober 2022   09:22 Diperbarui: 24 Oktober 2022   09:49 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perjalanan Spiritual, Thariqah, adalah perjalanan mendaki, konon bahkan berliku, dan tentu saja berat. Tapi, dengan telah selesainya Project 40 Hari Penuh Istighfar, atau 40 Day Cleansing Project, berarti kita, setidaknya, telah mengambil langkah pertama perjalanan ini. Siap untuk langkah berikutnya.

[-] "Guru, setelah ini, apa yang harus aku lakukan?", waktu itu, setelah menyelesaikan durasi 40 hari itu, saya bertanya.

[+] "Aku berharap, berdo'a, mudah-mudahan setelah perjuanganmu selama 40 hari ini, kerak-kerak hitam di hatimu sudah mulai hilang, setidaknya sudah berkurang banyak. Dengan itu, mudah-mudahan, cermin hatimu sudah dapat digunakan untuk bercermin." Guru saya menjawab, tapi, seperti bukan jawaban bagi saya.

[-] "Aamiin, Allahumma Aamiinn, Guru. Mohon restumu," saya menjawab, masih menunggu kelanjutannya.

[+] "Tapi, Muridku, perjuanganmu dalam 40 hari ini adalah seperti orang berlatih intensif dan ekstensif di sebuah Training Center, untuk mencapai suatu level keahlian tertentu, dan untuk selanjutnya, masih diperlukan latihan kontinyu untuk mempertahankan keahlian itu, agar tidak hilang, dan bahkan untuk mengembangkannya. Meski misalnya, latihan selanjutnya sudah tidak lagi harus se-intensif dan se-ekstensif sebelumnya. Ajeg, istiqamah, Muridku, meskipun sedikit sedikit,"  lanjut Guru saya.

[-] "Baik, Guru, Insya Allah." Jawab saya waktu itu, lirih, sambil menunduk.

[+] "Misalnya pun dinding hatimu sudah agak bersih sekarang, bisa saja dari waktu ke waktu berikutnya engkau masih terjatuh lagi, dan lagi, ke dalam dosa, dan itu akan menjadi debu demi debu yang menempel lagi di hatimu. Dan itu perlu segera engkau hapus juga, dari waktu ke waktu, tanpa menunda-nunda, agar jangan sampai menjadi kerak hitam lagi,"  Guru saya melanjutkan, seperti tidak mendengar jawaban saya.

Tapi, memang saya paham. Ini seperti orang berlatih Kungfu, misalnya Ilmu Naga Sakti. Setelah secara intensif dan ekstensif, dalam rentang waktu tertentu, seseorang menguasai Jurus Pertama; ia dapat mulai mempelajari Jurus Kedua. Tentu saja masih terus melatih Jurus Pertama, tapi sudah ada tambahan latihan Jurus Kedua. Bahkan, kali ini, adalah Jurus Kedualah yang ia akan latih secara intensif dan ekstensif, dalam suatu rentang waktu tertentu ke depan, sedangkan untuk Jurus Pertama, atau nantinya, Jurus-Jurus sebelumnya, akan semakin less intensif dan less ekstensif.

Maka kelak, boleh jadi, ketika seseorang sudah mencapai Jurus Kesepuluh, tiba-tiba dia mendapati bahwa ia sudah terlalaikan dengan Jurus Pertama, dan mulai agak kaku dan kurang lancar lagi menjalankannya; maka ia pun, sudah sepatutnya, sewajarnya, akan kembali lagi untuk berlatih intensif dan ekstensif Jurus Pertama.

Saya teringat perumpamaan lain; ini seperti seseorang dan mobilnya. Setiap hari tentu saja dia sudah merawat mobilnya, tapi, tetap saja dia perlu melakukan perawatan khusus, yang lebih serius, mungkin setiap pemakaian 5000 Km. Dan meski sudah ada perawatan khusus setiap 5000 Km, dia akan memerlukan perawatan khusus bil khusus setiap pemakaian 40.000 Km.

Demikian pulalah untuk program Pertaubatan, Istighfar, itu. Seseorang memang akan perlu Langkah Kedua, atau, Jurus Kedua, dan seterusnya, untuk melanjutkan perjalanan. Tapi, tetap saja, seseorang masih perlu juga untuk revisit program pertaubatan atau Istighfar ini, sebagai Langkah Pertama, atau Jurus Pertama, secara periodik, mungkin setiap 6 bulan, dan seterusnya.

Pada dasarnya, seseorang akan dapat merasakan dan mengetahui secara batiniah, akan kebutuhan untuk revisit itu. Misalnya, setidaknya, ketika dzikir lisan Istighfar ini sudah tidak masuk lagi ke hati, tidak berbekas, tidak menggetarkan hati, dan tidak ada kelezatannya. Tapi, Setiap orang memang memiliki kebutuhannya masing-masing; dengan waktu dan pace-nya masing-masing.

Dan, seorang guru yang bijak, dengan cara-caranya tersendiri, akan tahu kebutuhan murid-muridnya. Kapan muridnya perlu melangkah ke Jurus Kedua, kapan muridnya perlu mengulang kembali Jurus Pertama. Atau bahkan kapan muridnya perlu berhenti, untuk sementara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun