Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wu-Wei

6 April 2010   03:52 Diperbarui: 13 April 2018   11:55 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filosofi Tao memperkenalkan konsep Wu-Wei. Konsep Non-Action. Atau lebih tepatnya, konsep Non-Pushing. Suatu konsep yang menyakini bahwa keseluruhan aktivitas di seluruh alam semesta ini adalah aktivitas yang tanpa pemaksaan. Ia mengalir. Dengan sendirinya. Dan oleh karenanya, adalah fitrah kemanusiaan jugalah untuk hidup serupa itu. 

Hambatan paling utama yang cenderung menghambat bertumbuhnya konsep ini dalam kehidupan keseharian kita adalah identitas konseptual. Dan khususnya, kecenderungan kita untuk Playing a role, memainkan peran. Kita memeluk sebuah identitas konseptual, dan mengokohkannya dengan playing a role. Keduanya, identitas konseptual dan playing a role, sangat sering menjerumuskan kita ke dalam tindakan untuk selalu memegang kontrol. Mengendalikan. Dan cenderung mudah merasa benar sendiri dengan ”bersembunyi” di belakang keduanya. 

Di kantor, kita sangat sadar diri kalau kita adalah manager. Dan apa peran manager? Mengatur dan mengendalikan. Seolah itulah satu-satunya peran manager. Di rumah, seorang pria sangat sadar diri kalau dirinya adalah suami. Dan apa peran suami di hadapan istri? Mengatur dan mengendalikan. Mungkin membimbing. Seolah itulah satu-satunya peran suami. Dan demikianlah seorang boyfriend terhadap girlfriendnya. Seorang ayah-ibu terhadap anak-anaknya. Seorang kepala keluarga terhadap anggota keluarganya. Dan seterusnya. 

Tentu saja tidak ada salahnya memegang identitas konseptual dan sekaligus playing a role. Hanya, selalu patut disadari, bahwa adakalanya, melepaskan identitas konseptual dan mengijinkan diri untuk tidak selalu playing a role, akan menghasilkan cara pandang dan cara bersikap berbeda. 

Ini membuktikan, betapa amat dangkal dan lemahnya alat serap kita atas kebenaran. Apalagi Kebenaran. Dan, hidup dalam Love, Joy and Happiness, mungkin, adalah hadiah utama dari kemampuan kita untuk hidup dalam Wu-Wei ini. 

Mudah-mudahan. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun