Mohon tunggu...
Herman Hamba
Herman Hamba Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketakpastian

8 Februari 2012   22:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:53 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa akan hidup ini..begitu
menyayat hati di kala datangnya
malam,wlw terdengar suara
duniawi terasa sepi di
hati,tersujud pilu berlinang air
mata yg hanya diam di pelupuk
mata..ingin ku sesali hidup ini,atas
ku tak berdaya'an akan hidup
yang sejati..Hidup yg penuh arti,di
mana tiap Rongga waktu begitu
teraliri dg hal-hal yg
semestinya,tapi mungkin ini
takdirku..ku
tersimpuh malu penuh hina jasad
ini,tiada kupungkiri akan dosa
dunia kian waktu terus
bertambah seiring dg kekhilapan
yg tak terasa.
Niat tulus mengantar amal yg
penuh di lubuk
hati,tapi dg waktu yg ku dapati
seperti sulit tuk kuraih..Dg Rasa
malu terhadap yg kholik akan
semua ini..Oo..ingin ku mengadili
diri ini yg tiada apa pun tanpa
ikhlas.
Sia-sialah hidup hamba
sahaya,bermandikan khilaf
tertunduk
diam lelah akan hidup
ini.''Berharap pengampunan Sang
Pencifta
tiada dosa tanpa khilaf,Tiada
kasih tanpa taubat..kuberharap
pemberi jalan penuh cahaya
meleburkan dosa,tiap insani
berserah diri penuh
ikhlas,mencari setitik harapan
di Ruang gelap kehidupan
duniawi.. ''Penunjuk lorong
cahaya di hati sanubari
melebihi luasnya kasat mata..Oo
Tak terasa pelupuk mata ini
menahan deraian air mata
kepedihan.kucoba ku tergadah
ku berharap kasihmu menuntun
menyeberangi ketakpastian ini,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun