Kepada saya, orang-orang bercurah
tapi saya bingung, kepada siapa harus bercurah. Puisi tak cukup menampung gelisah. Saya butuh seseorang. Kamu, mungkin.
?
Dan kamu tak pernah hadir. Akhirnya saya memilih kolong jembatan Liliba tempat curah paling nyaman.
Perlu kau tahu, ketika saya coba menulis perihal curah, para kekasih tak pernah yakin. Kata mereka, itu puisi yang dipenggal dan Liliba itu lelucon. Itu sebab, bingung. Kepada siapa saya harus bercurah? Puisi dan lelucon lelucon sialan, telah merasuk isi kepala mereka.
Nadia sayang, saya jadi paham. Banyak kekasihmu, tapi tak seorang pun beri kasih. Gambar gambar imut karya tanganmu itu, menyimpan curah. Lagi lagi di isi kepala mereka, itu hanyalah gambar, tak lebih.B Beginisaja, kau dan aku boleh sepakat, kolong jembatan Liliba ialah jelmaan lantai empat sekolahmu.
Garis dan aksara
telah hilang makna, sayang!
Surabaya, Januari 2020
HET
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H