Selamat Ulang Tahun Balikpapan
Tepat 117 tahun yang lalu kota tercinta saya Balikpapan dilahirkan, sebagai sebuah kota yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi 9,03% di tahun 2013, itu berarti kenaikan sekitar 0,36% dibanding tahun 2012, tentunya hal ini secara langsung menjadi efek domino, dimana kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadikan Balikpapan ibarat Kue cake manis yang mengundang setiap orang untuk mencicipinya, lonjakan pendatang setiap tahunnya semakin meningkat, ribuan jiwa setiap tahunnya mengadu nasib di kota Balikpapan, mencoba mencicipi kue cake manis ini, inilah mengapa Balikpapan ibarat Indonesia mini, dimana hampir segala macam suku dan ras ada di Balikpapan, hampir tak terlihat suku asli, dikarenakan suku asli seperti Kutai dan Dayak lebih banyak di daerah lain, Balikpapan telah menjadi kota pluralisme yang hebatnya kota ini sangat aman dan tentram.
Saya lahir di Balikpapan, begitupun kedua orang tua saya juga lahir di Balikpapan, hal yang lucu adalah ketika ditanya apa suku asli saya, jika saya menjawab Balikpapan, tentunya sang penanya tidak akan puas, dengan jawaban itu. Suku Balikpapan? Emang ada? Jika ditelusur sampai ke kakek dan nenek saya, baru saya akan menjawab Banjar dan Madura, lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah saya tidak boleh menyebut jika saya orang Balikpapan, apa saya harus bersuku kutai atau dayak agar saya bisa mendapat identitas Balikpapan saya? Inilah yang akan kita bahas di tulisan ini.
Saya Bangga sekali dengan kota Balikpapan, dengan kebersihannya, dengan tingkat pertumbuhannya, dengan tingkat ekonominya, dengan pluralismenya, di dunia maya, akun-akun jejaring sosial bertema Balikpapan juga semakin banyak, semua dibahas mulai dari sejarah Balikpapan, perkembangan kota, kejadian-kejadian yang terjadi di Balikpapan, Balikpapan lebih mendunia, orang Jawa mungkin akan tahu Balikpapan, bukan hanya Borneo, tidak hanya tahu Bandara Sepinggan tapi juga mungkin tahu Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman nantinya, hehe.
Beberapa tahun ini, Balikpapan mempunyai program pembangunan jangka panjang yang sangat baik, diantaranya Stadion Batakan Balikpapan, ITK, Balikpapan Islamic Center, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Gedung Kantor Gabungan Dinas, Gedung Kantor Catatan Sipil dan Gedung Kesenian. Belum ditambah dengan pembangunan Bandara Sepinggan yang sangat megah. Dari semua Program Plan itu mungkin yang paling cepat progressnya adalah Gedung Kantor Gabungan Dinas dan Bandara Sepinggan, bangga?? Pasti. Bandara Sepinggan merupakan salah satu identitas Balikpapan, orang Balikpapan akan bangga ketika dipuji mengenai bandaranya yang sangat megah dan akan semakin megah kedepannya.
Menjelang Hari Ultah Balikpapan ke 117, Pemkot dan Pemprov kembali tegang, persoalannya sangatlah simpel, Pemprov telah mengajukan perubahan nama Bandara Sepinggan menjadi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang mana beliau adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-18 dan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Tenggarong. Sekilas perubahan nama ini harusnya tidak menimbulkan polemik yang tinggi, hanya situasi dan waktunya yang tidak tepat. Bagi masyarakat Balikpapan, Sepinggan adalah identitas mereka dan kengototan Gubernur untuk mengganti nama Bandara menjadi titik kulminasi kekesalan masyarakat Balikpapan dari kekesalan kekesalan sebelumnya seperti Stadion Batakan yang tak kunjung jelas, Pembangunan Supermall yang ditolak mentah mentah Masyarakat Balikpapan, persoalan bandara ini pecah dan menjurus ke masalah kesukuan. Gubernur yang semakin ditekan berdalih Sultan Aji Muhammad Sulaiman adalah tokoh penting dan wajar mendapat nama di Bandara Sepinggan, Sebagian besar Masyarakat Balikpapan adalah pendatang, jadi wajar tidak mengetahui beliau, dan penolakan ini dianggap menghina suku asli di Kalimantan Timur.
Mungkin sebagian besar masyarakat Balikpapan bukan suku asli, namun Baikpapan tetaplah identitas kami, saya ingat saya pernah menonton pertandingan Persiba Balikpapan vs PSM, dimana beberapa orang yang berasal dari Makassar tetap menyuarakan dukungan mereka untuk Persiba, mereka tahu identitas  mereka adalah Balikpapan, dimana mereka telah mencari makan selama bertahun-tahun. Bagi sebagian remaja dan anak muda Balikpapan mungkin hanya bisa berkoar-koar di jejaring sosial dengan hashtag2 #SaveSepinggan dan lain-lainnya, tapi mereka tetap mencintai Balikpapan dari mereka lahir, mereka menyadari identitas mereka sebagai masyarakat Balikpapan yang ingin aspirasi mereka didengar.
Di ulang tahun Balikpapan yang ke 117, Balikpapan harus tetap kondusif dan aman seperti sebelumnya, jangan hanya problem bandara kita menjadi terpecah, kita tetaplah masyarakat Balikpapan. Sepinggan tetaplah milik kita, dan tak pernah berubah secara lisan.
Kami semua hanya ingin Balikpapan tetap Bersih, Indah, Aman dan Nyaman.
kami bukan menolak modernisasi, tapi kami hanya ingin nyaman di kota kami.
Salam dari kami Rakyat Jejaring Sosial Balikpapan, dari dunia maya kami akan menjaga Balikpapan di dunia nyata.
SELAMAT ULANG TAHUN BALIKPAPANKU YANG KE 117,
By Herman Kurniawan
@Hermandante
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H