Mohon tunggu...
Herman Kurniawan
Herman Kurniawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ingin belajar menjadi penulis...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dualisme Cinta dan Politik Saat Ramadhan

30 Juni 2014   20:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Perbuatan Paling Sia-Sia di Dunia Ini Adalah Menasehati Orang Yang Sedang Jatuh Cinta – SEMAR”

Untaian kalimat dari Semar di atas mungkin sudah pernah kita dengar, maksudnya pun jelas, bahwa orang yang sedang jatuh cinta tidak akan pernah mendengarkan nasehat orang lain, dimana dia hanya ingin mendengarkan kata hatinya yang menurutnya dapat membahagiakan batinnya, namun apa yang akan kita bahas bukanlah mengenai jatuh cinta kepada dua pasangan berlainan jenis, melainkan dari perspektif lainnya.

Ini adalah Ramadhan hari kedua atau yang ketiga bagi teman teman muslim, hari dimana masih akan dipenuhi optimisme akan cinta pada datangnya bulan Ramadhan, dimana kita masih dipenuhi inisiatif untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada sang pencipta, namun seperti layaknya kisah percintaan pada umumnya dapat terjadi perselingkuhan karena cinta sesaat, bagi beberapa orang Indonesia cintanya pada ramadhan diuji dengan cinta sesaat yang lain, yaitu pemilihan presiden.

Pada kenyataannya pilpres memang baru digelar 9 juli, namun semarak dan kampanyenya sudah berlangsung sebelum Ramadhan datang, yang perlu kita garis bawahi adalah pilpres merupakan pesta demokrasi dimana setiap penduduk Indonesia akan memberikan hak suaranya untuk memilih salah satu pasang calon presiden dan wakil presiden yang akan memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan. Antusias semakin menjadi ketika hanya ada dua pasang calon yang akan bertanding dalam kancah pemilihan ini. Imbas dari kondisi ini adalah terjadi bipolaritas suara pada penduduk Indonesia, kalau tidak A ya B, beberapa orang memang masih tak acuh dengan pemilihan pilpres ini, tapi kondisi mau tidak mau membuat kita memilih mana yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya, beberapa masih menjadi swing voters, tapi kondisi akan keinginan Indonesia yang lebih baik mungkin akan menetapkan hati mereka pada pilihan suara mereka di tanggal 9 Juli nanti.

Lalu apakah yang dimaksud dengan dualisme cinta dan politik di bulan ramadhan ini?

Cinta yang dimaksud adalah cinta pada datangnya bulan Ramadhan, dimana seseorang berkesempatan memperbaiki kualitas iman dan ibadahnya dengan ganjaran pahala yang lebih besar dari bulan bulan sebelumnya, dualisme yang terjadi ketika datangnya pesta demokrasi menjadi pesta fitnah, iri dan dengki dikarenakan cinta mereka yang tiba tiba fanatik pada salah satu pasang calon presiden pilihan mereka membuat mereka dengan santai menjelekkan bahkan tidak segan-segan memfitnah pasangan calon lawan mereka. Seharusnya bulan Ramadhan menjadi payung bagi pesta demokrasi agar berjalan kondusif, bukannya diacuhkan atau malah dimanfaaatkan sebagai lahan untuk pencitraan dari politik fitnah antara satu sama lainnya.

Penduduk Indonesia merupakan salah satu pengguna social media terbesar di dunia, media berita di TV pun kita konsumsi setiap harinya, yang mana penduduk kita yang kebanyakan awam politik menerima mentah mentah semua informasi yang sebenarnya subjektif dan tidak informatif. Konsumsi informasi itu membentuk mental penduduk untuk mencintai calon pilihan mereka dan tidak segan segan menghina lawan politik mereka.

Mungkin bagi para pengguna twitter yang bukan fanatisme salah satu calon presiden tentunya sangat gerah dengan timeline mereka yang isinya hanya hinaan dan fitnah kepada lawan politik calon presiden favorit mereka, bahkan ucapan Marhaban ya Ramadhan hanya sepintas lalu lewat kemudian mereka lanjut lagi dengan bahasan politik politik yang padahal mereka sangat awam sebenarnya, saking gerahnya saya sempat meng-unfollow beberapa politisi dan public figure karena sepertinya mereka mulai hilang akal dalam mendukung calon presiden idaman mereka.

Pada akhirnya melakukan debat dan menasehati mereka yang fanatik ini seperti menasehati orang yang sedang jatuh cinta. Sia sia saja. Mereka sudah terbentuk seperti mesin kampanye politik yang tidak peduli dengan bulan ramadhan dan tetap menghina calon lawan politik presiden mereka. Kita hanya berharap ramadhan jauh lebih penting dari fanatisme mereka terhadap salah satu pasang calon presiden itu, memilih pasti kita lakukan, mendukung adalah sebuah pilihan, dan Ramadhan akan membuka jalan siapa dari mereka yang hanya pencitraan dan siapa dari mereka yang akan membela Indonesia di garis terdepan. Insya Allah.

“Perbuatan Paling Sia-Sia di Dunia Ini Adalah Menasehati Orang Yang Sedang Jatuh Cinta dan fanatik pada salah satu Calon Presiden – SEMAR 2014”

Herman Kurniawan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun